SUKA DUKA MENCINTAIMU DALAM DIAM

Hidup itu perlu perubahan. Berubah menjadi lebih baik pastinya.

Dan kamu adalah kebaikan yang pernah kulihat.


Kebaikan yang melahirkan sebuah kebenaran yang belum terungkap.


Bukan hanya mengajarkanku untuk mencintai diri sendiri.

Aku juga melihat Tuhan dalam dirimu.


cerpen CINTA DALAM DIAM ep.3

SUKA DUKA MENCINTAIMU DALAM DIAM



Sekian dari fotomu adalah lembaran-lembaran ilusi yang telah membiusku. Niatnya memberi komentar tapi tertahan. Bahagia itu mendapatkan kamu sedang aktif di media sosial, merangkai kata untuk menyapa, namun pesimis begitu menantang.

Menjadi hantu mungkin sedikit lebih baik, yang tak terlihat tapi bisa kamu rasakan. Atau kala malam sehabis hujan kau dengar suara-suara hewan bawah tanah, yang tak dapat kamu lihat.
Merasakan yang kurasakan itu rumit. Yang tak kamu rasa, tak kamu dengar, dan tak kamu lihat. Bukanlah derita sebab kusedang berusaha. Berusaha melunakan jalan Tuhan agar hidupku dan hidupmu sedang menuju satu titik pertemuan.    
Karena mereka bilang bahwa cinta adalah cerminan diri, yang baik akan dipertemukan dengan yang baik, aku akan belajar menabur kebaikan demi menuai dirimu.

Kamu adalah kebaikan yang pernah kulihat. Kamu adalah segala yang baik yang telah mewarisi hal-hal baik. Sekalipun gila melambangkan diriku, memang aku tergila-gila padamu. Dan aku mensyukurinya sebab itulah yang telah membuatku bisa mencintai diri sendiri.
Kemudian aku perlu menambahkan sebuah permintaan di setiap doaku agar takhayul itu tidak berlaku untuk segala hal. Bahwa aku yang seadanya bisa diperuntukan bagi kamu yang sempurna. Alasan kudekatkan diri kembali pada Tuhan.

Sebelumnya kuhadirkan tanya untuk-Nya, tentang hari yang identik dengan cerah atau kelam yang fanatik akan malam. Tentang suka saat dengan-nya (dia yang dulu dihati) dan duka tanpa-nya. Kepada-Nya kini aku bercerita, hanya dengan cintaku untukmu aku bisa. Bisa mengubah luka menjadi suka. Melepas penat sejenak kubisa lelap.

Bersama cinta untukmu solusi bisa memucuki kebingungan. Jika gejala sakit dimana aku merasa kurang minum, maka insomnia adalah dimensia akan menatap foto-fotomu. Khayalku memeluk dan menciummu di dinginnya malam, tentang masa depan kita bercerita.

Sama halnya hidup: tak ada hari yang akan abadi, cerita khayalku juga bisa lenyap di semua waktu yang hilang namun bayangmu tetap. Senyummu tersimpul dalam imajiku bersama hari semakin benderang kini, juga kelamnya malam tak mencekam lagi karena cerita (khayal) baru terus terlahir. Dan hidup-kembali dipenuhi estetika, mengusik problematika.
Sisi lain sang malam adalah kala ia datang, di atas kasur bersandarkan dinding kubingkaikan handphone dengan pajangan fotomu. Lalu kupandang dan kuamati benar, hingga dengan sendirinya senyuman itu tersimpul. Andai tak tersimpul mungkin ia berkoar menyuarakan kebenaran “akulah pengagum beratmu”.  Perlahan simpulnya mengusut bersama kerutan dahi.

Adalah tentang kamu, siapa dan bagaimana kamu, yang kini semakin jauh juga yang kian terikat dengan dia. Namun, siapa dan bagaimana aku, paras cantikmu adalah bagaimana aku melawan duka dengan suka, aku suka kamu. Duka itu melawan lupa, akan kamu yang telah dimiliki seseorang.

Rasanya kalau pulpen dan selembar sudah ditangan, tertatih tapi hasrat menulis itu tinggi. Yang walaupun ujungnya selembar itu dicabik-cabik, kemana-mana kuubah haluan akhirnya hingga tak karuan. Tidak jika kuawali dengan sebuah kata yang terwakilkan “aku”.

Tulisan itu butuh referensi hingga kudapatkan berbagai buku, kubuka lalu kubaca setiap lembarnya, kemudian yang kudapatkan hanyalah huruf-huruf menari tersusun menyerupai hati.

Antara menulis dan membaca itu awal akhirnya dengan lamunan penuh kehampaan. Dan kamu adalah setiap lamunan yang walaupun diwarnai kerutan namun berakhir dengan senyuman. Itulah disaat aku mulai menulis tentang tiga kata “aku,” “cinta,” “kamu.” Untuk menulisnya tidak butuh referensi, mengalir dengan sendirinya.

Ep.1:  TERANG DALAM GELAP 

EP.2:  AKSARA RASA ITU CINTA


#Seseorang berinisial  .R.
Special thanks to:  Orin MensiAdinda Ayunda

SEKEPING HATI YANG TERTINDAS

Kita terikat tapi tak saling memiliki
Antara dirimu dan diriku yang sesaat jika ada dia

Untuk sekeping hati yang tertindas, jamahlah aku dengan cintamu.

Karena kita Indonesia, kita Pancasila.

                 
    
sekeping hati yang tertindas
sekeping hati yang tertindas

Di mataku kamu bisa melihat adanya sebuah beban berat. Dalam keindahan kan kamu dengar ratapan. Sesuatu yang terlahir dari sebagian relung hati. Antara disakiti dan belas kasihan. Antara dirimu dan diriku yang sesaat jika ada dia.
Gunda itu teringat saat melihat bagaimana kamu memperlakukan dia, jauh melebihi aku. Kemudian duka hadir meratapi diriku. Mengingat kita yang terasa dekat saat dia menghilang dan aku yang kamu hilangkan saat dia kembali menghampiri. Kita terikat tapi tak saling memiliki.

Adakah sebagian dariku yang begitu jauh dari pantauanmu? Sebagian dari aku penuh kesemrawutan dan ketidakmampuan yang sungguh membutuhkan perhatianmu. Aku yang dianggap bodoh, aku yang  kamu bilang buta.

Sebenarnya apa kurangku bagimu? Salahku dimana sehingga kau biarkan aku merana?

Aku dengan bangganya merelakan segala yang bisa kusediakan untuk sekedar santapan bagimu. Telah kuperlihatkan segala keindahan untuk meningkatkan gairahmu meraba-raba aku, agar kamu dibanggakan hingga dipuja-puji semua orang.

Lantas, kenapa kamu menelantarkanku bila kamu tak menerima kekuranganku? Sedangkan kekuranganku bisa kamu cerahkan hanya dengan kamu mempedulikanku. Atau aku yang begitu bising bisa kamu redamkan dengan cintamu.
Hei, sungguh.... tolong dengarkanlah! Kekuranganku adalah aku yang tanpa cintamu. Aku yang bodoh karena kamu lebih bodoh. Cintailah aku seperti halnya kamu ribut merebut-rebut milikku. Aku adalah siapa dan bagaimana kamu, gambaran dirimu.

Dalam tangisku ada tawa canda menyakitkan. Melihatmu memperjuangkannya walau kamu tahu dia bukanlah bagian dari kita. Melihat kamu dengan kamu yang lainnya saling berdebat dan bermusuhan untuk memperebutkanku. Bukankah aku dengan kamu dan kamu yang lainnya itu menjadi kita karena perbedaan? Sadarlah, bahwa perbedaan yang menciptakan kita. Jangan sekali-kali menjadikannya senjata untuk perpecahan.
Berhentilah sekedar merajut persatuan dibalik demokrasi sebab aku akan selalu ada untukmu. Jamahlah aku dengan cintamu agar sebagian dari aku tidak terus-terusan bising oleh ketertindasan. Agar sebagian dari aku yang sangat berharga bagimu berhenti meminta pergi.


Berilah perhatian untuknya tapi tidak melebihi cintamu untukku. Walau dia satu Tuhan denganmu, ingatlah bahwa aku-kamu adalah kita. Kita Indonesia. Kita Pancasila. 

AKSARA RASA- DALAM DIAM KUMENCINTAIMU

CINTA DALAM DIAM

Kau harus melahirkan aksara
untuk terbebas dari kekangan rasa,
karena rasa yang terpendam itu menyiksa.
rasa yang teraksara

Ep.2:  AKSARA RASA, ITU CINTA

Ibarat mawar yang sedang mekar, layunya adalah bagaimana aku mencintaimu dalam diam. Malam-malam kelam itu ada namun kupastikan takkan terjadi pertempuran setelah kubiarkan dingin menjamahi kulit. Meski dilanda sunyi, simpul senyumku antara lirik dan melodi mengisahkan bagaimana aku memilikimu dengan penuh kebahagiaan dalam dua dunia (mimpi atau khayalan semata). Memilikimu adalah kerinduan yang terdalam.


Baca juga: CINTA YANG TAK HARUS MEMILIKI

Seperti siang, malam bukanlah waktu untukku meninabobokan rindu di selasar cerita-cerita. Ya sudahlah. Biar kutimang sendiri saja hingga ia tertidur. Walau bukan dijinakan oleh tuannya, semoga ia terlelap. Namun, seperti sedia kala ada bunglon dalam hatiku yang dengan hadirmu telah kau jinakan dan saat ini pula hinggap pada hati yang belum tentu menerima. Takku biarkan kamu memastikannya sebab ia telah jinak. Tak apa landai siang malamku dengan rindu, yang penting hatiku yang seperti bunglon tetaplah engkau jinakkan. 

Seperti halnya LDR, jauh dimata dekat dihati. Aku bagai pungguk yang merindukan bulan, mencintai milik orang lain. Karena cinta tak harus saling memiliki, cinta tak harus terikat, karena cinta yang sebenarnya adalah cinta yang bermekaran di hati, dimanapun dan kapanpun selalu bersemi di taman hati. Namun, tidak ada resah atau gunda untuk itu karena kamu adalah kompas dalam mengarungi samudera kehidupan yang penuh badai serta gelombang. Ya.. kamu yang telah menjadi terang dalam gelapku.

Andai kita hidup dalam kisah Mahabarata yang mengisahkan bahwa yang benar pasti akan selalu menang, maka pada akhirnya kamu akan dalam pelukanku sebab rasa ini untukmu sungguh benar adanya.

Kehampaan yang kamu lawan dengan kesesakan membuatku mabuk perasaan, candu akan dirimu. Takala stinger pike adalah tikar untuk malam-malam panjang, aku yang melewatkan fotomu saat inginku mengakhiri hari.

Kuharus membisikanmu, rasa yang membuatku candu bukanlah bulan yang sedang mengintip dibalik awan karena tak ada tanda yang akan kau lihat bercahaya. Seperti ombak laut yang berlarian ke tepi pantai, menggebunya menggelegar, tapi pasti selalu kembali karena dengan melihat fotomu saja itu sudah terasa cukup.


Baca juga: SURAT UNTUK MARVIN

Berpacu pada waktu namun tidak terlarut sebab bukanlah sehelai daun dalam angin, rasa ini untukmu hidup di seluruh bagian hatiku.

Saat aku terjangkit penat, aku butuh rehat. Melahirkan aksara untuk membebaskan kekangan rasa, karena rasa yang terpendam itu menyiksa. Berulang-ulang ku lakukan dengan harapan nyasar sampai padamu. Jikalau bukan, maka aku terserang lelah dan hela yang kubuthkan tak kudapatkan.  

Setelah sekian lama menetap dan kubiarkan terus menemaniku hidup, perlahan semakin menjelaskan bahwa ia (aku dan perasaan ini) adalah cinta. Dalam diam, biarkan terus mengusik ketenangan hatimu.



#untuk seseorang dengan inisial .A.
#aku dan perasaan ini
#aksara rasa
Special thanks to: Chy Bandur, Hilda Afila Abut
                              Aksarannyta- via tumblr.
                              Rasa (yang) Ter-aksara

KISAH INSPIRATIF: SEJAK DALAM KANDUNGAN KITA TERLATIH UNTUK MENANG

kisah inspiratif lahir untuk menang
@anggiaprilianin
Sejak dalam kandungan kita diajarkan untuk berjuang, diutus untuk bertarung. Berjuang mencapai sel telur dengan kecepatan 10 ml per jam. Bertarung melawan 39 juta 999 ribu sperma lainnya. Kita terlahir sebagai pemenang setelah bertahan selama 9 bulan dalam kandungan. Kita tidak akan pernah ada jika terlahir karena kekalahan. 


Jika sesuatu memungkinkan bagi kebanyakan orang maka itu juga berlaku bagimu. Tentang sebuah kesuksessan dimana masalahnya adalah bagaimana kita menempatakn diri dengan tepat pada sang waktu. Menggapainya hari ini atau di kemudian waktu yang memungkinkan.


SANG GADIS DAN MIMPI BESARNYA


Ketika dunia menawarkanmu berbagai hal yang membuatmu rakus dan di lain sisi kamu memahami dirimu bukanlah dewa yang berhak atas segalanya, disitulah kamu dapat mengerti bahwa hidup adalah pilihan. Memilih beberapa di antaranya yang sesuai keinginan hatimu, itu adalah keinginan yang kemudian kamu sebut mimpi. Kemudian dirimu terhalang, terjebak seolah berada dalam dua pilihan. Dan kamu ingin mengatasinya namun kamu tidak bisa, kemudian kamu belajar mencari solusi tapi sama saja. Bukan karna kamu tidak mampu, sebenarnya kamu cukup sanggup memecahkannya. Hanya pikiran dan perasaanmu masih dililiti dua buah pilihan. Ya, kira-kira begitulah yang terjadi pada diri seorang gadis kesayangan Papa Mamanya semasa ia duduk di bangku SMA di tiga tahun silam.

Bayu senja kelabu menyapa ketinggian Wae Rebo. Sudah menjadi rahasia tersendiri untuk sebuah kampung di atas awan. Matahari yang belum gemulai berdiri di atas sana, sinarnya butuh perjuangan melawan kabut untuk menyapa ribuan anak sekolah serta para guru sekecamatan Satarmese Barat hingga warga yang turut mengambil peran dalam rangka persiapan hari Pramuka yang akan diselenggarakan di keesokan harinya; yang sibuk dengan aktivitas masing-masing.

Kabut yang perlahan menguliti kampung desa, membubarkan aktivitas mereka yang di dalamnya, mengubah suasana, riuh hingga sunyi. Namun tidak untuk sang gadis yang sedari tadi duduk diam dengan tatapan sayu di ujung bangku bawah pohon sisi tenggara lapangan tengah kampung. Desahan nafasnya merupakan lirik-lirik lagu dengan alunan melodi dan kerutan dahinya yang kian memuncak pertanda ia sedang dalam sebuah harapan rumit, dan dari kesemuanya itu layaknya jelas nyanyian sebuah lagu melo.
Dari kejauhan di tengah pepohonan rindang yang meliputi lapangan itu seekor Merpati menaruh tatap tetap ke arah sang gadis, kicauan demi kicauan merdunya seolah hanya dia yang mempedulikan kesedihan mendera sang gadis. Ah... mungkin hanya seekor burung nakal yang terpesona oleh paras cantik sang gadis, yang anggunnya semakin terlukiskan oleh tambah merdu kicauan kala sepoi angin menjuntai hitam rambutnya tanpa hambatan. Sepersekian detik kicauan burung itu berhenti dan gerak-geriknya yang kian resah dari satu ke ranting lainnya lalu mukanya secepat kilat berubah layaknya angry bird. Rupanya dikarenakan seorang pria seusia gadis itu datang menghampiri si gadis.
“kenapa kamu memberi noda dalam keindahan yang sempurna ini? Kenapa harus merasa berat hati sebelum tampil besok, Hil? Bukankah ini mimpi kita semua; diundang tampil mementaskan drum band di hari pramuka di kampung puncak surga ini? Berilah senyumanmu pada Pulau Mules depan sana, ia pasti akan membalasnya,” hibur pria dengan paras tanpa noda yang baru saja menghampiri sang gadis. Dan segera sang gadis mendiplomasi seisi relung hatinya, “kenapa harus ada hujan sebelum kita menikmati pelangi? Dapatkah kamu memberiku alasan yang kuat untuk mengubur mimpi besarku ini? Lihatlah, Roy, lukanya begitu dalam sehingga menjadi penghambat setiap langkah kakiku.” Rupanya mimik wajah pria bernama Roy yang tiba-tiba terhempas dan menjadi buram itu dapat mengerti kesedihan serta kegelisahan yang melanda sang gadis. Didaptkannya mulus kaki sang gadis dalam genggamannya dan mengartikan luka yang dilihatnya, “ya. Sebaiknya kamu harus mengubur mimpimu kali ini. Luka di kakimu mengharuskan kamu untuk beristirahat dulu. Siapa yang menabur obatnya?” Seperti pelangi sehabis hujan namun ayu wajah sang gadis menjadikan pelangi selagi hujan, derai air matanya terjun bebas membasahi lonjong pipi imutnya menimbulkan empati tinggi dari Roy dan sedikit membuatnya panik, “hei. Hil. Jangan nangis. Lukanya tak dapat membohongi semuanya dan yang pastinya Kakak Pembina menyarankanmu untuk tidak tampil besok kan?” dengan canggung sang gadis mengangguk-anggukan kepalanya sembari uluran tangan Roy dengan sapu tangan oleh jemarinya mengusap air mata kesedihan sang gadis.

Hari itupun berlalu dilandai kesedihan, dan seekor merpati dari kejauhan rindangnya pepohohan di satu sudut lapangan disana pun turut merasakannya, kembali menuju sangkarnya dalam diam, menutup harinya tanpa kicauan tak seperti sedia kala.

Jika sesuatu yang begitu berarti terlewatkan, hari terasa begitu cepat berlalu dan di lain sisi sebuah harapan terdalam sang gadis ingin memperlambatnya sembari menunggu kesembuhan kakinya. Dan saat sesuatu yang begitu berat untuk dilewati ingin rasanya mempercepat laju sang waktu. “aku hanya tidak terlalu tepat menaruh diri pada sang waktu, kejadian yang memberi luka di kakiku sebenarnya hanya diriku yang kurang beruntung berjalan melewati jalan bebatuan tadi siang. Mungkin besok bukanlah hariku dan hari ini menjadi pengubur mimpiku. Inilah kesempatan pertama dan paling penting mengingat besok Mama dan Papa datang melihatku menjalani tugasku sebagai seorang mayoret. Dan bagaimana jadinya pentas drumband tanpa seorang mayoret? Tuhan...?” Sebuah keluhan besar  sang gadis yang membatin, sebuah doa penutup harinya.

Kedinginan melanda di kampung desa itu dan terlihat beberapa warga desa penjaga perkemahan malam itu mengelilingi api unggun yang sengaja dinyalakan untuk melawan dingin. Semua peserta acara untuk keesokan hari telah pulas tidur menabung energi untuk kegiatan hari esok yang mungkin akan melelahakan. Namun sebuah kejadian langkah terjadi di sunyi dan dinginnya malam itu, kicauan panjang seekor  merpati tadi terdengar mengubah suasana; yang tadinya para penjaga merasa aman-aman saja pun terheran dan ketakutan walaupun mereka tahu bahwa itu hanyalah seekor merpati karena dimana ada merpati hanyalah sebuah kabar gembira yang datang. Semua itu pun lengkap mengisi kisah akhir di malam itu dan seperti biasanya sang mentari segara datang memberi hari baru.

Pagipun tiba dan semuanya bergegas bangun, tersentak keluar dari perkemahan masing-masing untuk bersiap diri. Sang gadis pun ikut bangun, walaupun lukanya mengharuskannya untuk tetap beristirahat namun hatinya yang pilu membuatnya masuk dalam sebuah keputusan tersulit “walaupun aku tidak beraksi hari ini setidaknya aku mmelihat teman-teman drumband dan semuanya beraksi.”  Huru-hara adalah kata yang tepat melukiskan suasana di pagi itu, pengecualian untuk situasi kemah drumband yang sunyi tiada tara dan ketegangan membanjiri diri peserta drumband.

Sang gadis menyusuri bagian tengah perkemahannya dan seorang Kakak Pembina yang berpapasan dengannya tiba-tiba membuat langkah sang gadis terhenti dan ingin sekali rasanya ia menjatuhkan dirinya, “Hil, andai dirimu tidak terlalu gegabah, semua ini akan berjalan lancar dan normal,” bisik seorang kakak pembina kepadanya. Seperti belati dalam sangkurnya, tangisan relung terdalam mencabik-cabik hati sebab tak bisa ia luapkan mengingat anak pramuka tidaklah cengeng ataupun manja sekalipun itu bara pembakar luka.

Suasana mencekam itupun segera berlalu dengan terdengarnya bunyi lonceng tanda sebentar lagi acara akan dimulai sekaligus pengingat untuk semua peserta agar berkumpul di lapangan. Semuanya mengikuti aturan, SD, SMP, dan SMA hingga guru-guru dari berbagai sekolah sudah berkumpul di lapangan. Sang gadis hanya memandang semuanya dibalik tirai pintu perkemahannya. Gadis yang malang.

Sela waktu bunyi lonceng kedua pun terdengar di seluruh sudut kampung desa pengingat bahwa semua peserta segera membentuk barisan atau berkmupul sesuai kelompoknya dalam keadaan siap sedia. Sang mentari pun turut bekerja sesuai tugasnya dan terjadwal. Teriknya begitu menghangatkan kulit dan dahaga sekalipun. Gelembung-gelembung asap di setiap hembusan nafaspun menghiasi pagi itu layaknya sebuah motor yang sedang dipanaskan sebelum menghadapi perjalanannya yang jauh. Semua makhluk hidup pun sedari tadi keluar dari tempat persembunyian. Lalu dimanakah seekor merpati yang membuat gaduh bagi para penjaga semalaman? Ahh, rupanya ia sedang tidur pulas memulihkan tenaganya dan mengembalikan matanya yang memerah hingga normal karena semalaman telah begadang. Lupakan sajalah, lagian bunyi lonceng ketiga akan terdengar sebentar lagi lalu upacara dimulai. 

Sekejap suasana yang tadinya sunyi oleh karena semua peserta diingatkan dalam keadaan siap sedia pun berubah menjadi riuh melihat seekor merpati yang terbang rendah di atas reribuan kepala manusia peserta acara yang kemudian hinggap ke atas tiang bendera.
Dan sesungguhnya yang menjadikan semuanya menjadi riuh adalah kala seekor merpati sebelum hinggap di tiang bendera ia mengiringi derai langkah sang gadis menari cepat dengan anggunnya oleh dress seorang mayoret drumband layaknya seorang permasiuri dalam sebuah pesta dansa, tepatnya lagi sang gadis dengan tongkat mayoret emasnya seperti wanita pemeran utama dalam film Wonder Woman; ayu, anggun, dan kokoh-tangguh. Semua orang sontak menyorakinya, memberinya tenaga ekstra untuk lebih semangat lagi, dan peserta drumband lainnya riang gembira menyambutnya begitupun kakak-kakak pembina yang memberinya senyuman ramah dan bahagia. Dari arah lebih dekat senyum simpul sang gadis menggambarkan perjuangannya melawan kesakitan untuk mengobati kegelisahaan semua orang. “dalam momen besar ini kadang sesuatu yang besar datang menghalangi. Namun aku hanya perlu menjadi lebih besar dari halangan tersebut; mimpiku besar dan hanya mereka yang memiliki mimpi besar yang mampu melewati segala batasan. Aku akan merasakan sedikit kesakitan untuk sebentar waktu karena sebuah momen besar akan dikenang selamanya.” Langkah sang gadispun mencapai tujuannya dan kemudian lonceng ketiga pun berbunyi dan acara dimulai. Semua peserta memainkan perannya masing-masing sesuai waktunya. Begitupun sang gadis tersebut bersama lekukan indah tubuhnya meliuk-liuk cepat dan tepat mengikuti iringan drumband. Dari kejauhan Ibunya dalam dekapan Ayahnya menangis bangga melihat kehebatan sang gadis mereka.

Kadang halangan datang sebagai ujian hingga menjebak kita dalam dua pilihan; mengubur mimpi atau hanya menatapnya, ya sebuah piihan yang menyakitkan. Namun pilihan yang sebenarnya adalah; merasakan sakit untuk sebuah momen yang akan dikenang selamanya atau terdiam dalam kesakitan menatapi mimpi. Di saat kamu memilih mimpimu disitulah kamu akan mengerti bahwa halangan datang bukan untuk membatasi namun halangan datang hanya untuk menguji besar tidaknya mimpi kita.


special thanks to:  Anggi Apriliani Nasution

CINTA DALAM DIAM

Cerpen cinta dalam diam terang dalam gelap
Shefye || foto via facebook

CINTA DALAM DIAM

Prolog: Kehadiran cinta adalah sesuatu yang tidak bisa diperkirakan. Kapan dan kepada siapa kita jatuh hati, kita tidak bisa menentukannya. Entah kenapa hati ini menjadikanmu tempatnya berlabuh, dia telah menghempaskan ribuan mil di antara kita. Meski kenyataan tidak mendukung, namun hati terus menuntun. Mencintaimu dari kejauhan. Mencintaimu dalam diam.  


Ep I:  Terang Dalam Gelap

Telah ribuan yang kutuliskan, dan dari kesemuanya adalah tameng persembunyian untuk tiga kata yang tak pernah teruraikan. I love you. Bahwa aku telah begitu banyak menulis sesuatu yang begitu menyakitkan di masa lalu. Sesuatu yang membawaku pada dirimu. Rasa yang terlahir untukmu memang berawal dari pisau dalam hati. Apakah itu mengartikan kamu adalah pelarianku? Aku hanya percaya bahwa kehidupan kita hari ini adalah hari kemarin yang telah berlalu.

Awalnya kupikir gelap akan menyinariku setelah cahaya direnggut bersama kepergiannya. Lantas zombie mungkin lebih tepat mendeskripsikan tentang siapa aku. Hidup dalam kenyataan yang tak pernah terpikirkan. Yang tak dapat kuterima, kehampaan. Dia pergi karena aku tidak berhasil menahannya lebih lama. Dia pergi karena diriku.

Dia yang selalu menuntunku, memastikanku menaruh diri dengan tepat pada sang waktu. Kemudiaan yang kusukai sekarang adalah melawan arah. Mengakhiri hari saat semua orang memulai hari barunya, bahwa merokok itu perang setidaknya menenangkan diri bisa dijadikan sisi positif, kebanyakan konsumsi kopi alasan dibalik keluh kesah jari jemari menguping irama jantung. Penghilangan akal sehat masal; hal yang paling dibencinya untuk kulakukan. Tidak untuk saat ini sebagai jawaban atas kepergiannya.

Seekor elang tua bertahan hidup dan mampu hidup 30 tahun lebih lama dengan menjalani proses yang sangat menyakitkan selama 150 hari. Proses ini mengharuskan ia terbang ke atas puncak gunung yang tinggi untuk memulai  proses perubahan. Pertama-tama, elang harus menghantamkan paruhnya berkali-kali pada batu sampai terlepas dari mulutnya. Setelah paruhnya terlepas, sang elang harus menunggu sampai paruh barunya tumbuh kembali. Proses kedua, sang elang juga harus mencabut cakarnya yang menua untuk membiarkan tumbuhnya cakar yang baru. Proses terakhir adalah mencabut satu per satu bulu di sekujur tubuhnya.

Persamaannya adalah aku dan elang tua sama-sama menghukum diri. Tujuan positif untuk elang tua dan tidak bagiku. Menaruh diri dekat garis kematian bagai cahaya pemberi tawa membiasi hari demi hari. Satu yang kuyakini, menghukum diriku sendiri sama dengan menghukumnya.

Waktu berlalu.... entah kenapa keempat kalinya terbius kembali menjadi manusia berperasaan, yang pasti salah satu foto instagrammu adalah bagaimana aku meniduri sang waktu.  Hari kemarin dengan segala lika-likunya yang terlupakan oleh indah senyummu di foto itu. Kamu lain dari yang lain, rasa penasaran yang kian gejolak menjelmakanku seperti pasukan khusus dengan jurus senyapnya secepat kilat segala tentangmu dalam memoriku; stalking dan kepo.

Semuanya terasa seperti awal semula. Dan kembali, mulai mengenal sang waktu. Aku tahu kapan waktunya tidur agar aku bisa melihat kamu jatuh cinta padaku. Merasakan kecupan manis bibirmu pembuka hari baru bersama mentari. Meskipun perubahan sekecil itu umumnya dikenal lebih menyakitkan, dalam diam aku hanya bisa menikmatinya.

(Aku salah menghukum diriku sendiri. Dan hukuman hanya berlaku bagi siapa yang mengakui kejahatannya. Itulah dimana gelap kubiarkan menyinariku.) Aku sadar butanya cinta bukanlah kepada seseorang yang mengeluarkanmu dari zona nyaman untuk sesuatu yang tak kita sadari bukan hanya membunuh mimpi tapi juga membunuh diri kita. Butanya cinta adalah dimana seseorang membuat kita rela melampaui diri untuk perubahan positif.
Sisi lainnya karena perubahan besar kuyakini bisa membuyarkan kenikmatan. Sadar akan kodrat wanita jelita khususnya dirimu sudah pasti terikat dengan orang lain. Pun kebenarannya begitu. Juga oleh karena satu-satunya kebenaran adalah sebuah fakta. Yang walaupun kunyatakan tak lebih dari sekedar opini bagimu.  Mengingat aku hanyalah teman lamamu, dan kamu bermil-mil jauhnya disana. Tak sedikitpun aku berani nyalakan tanda yang akan membuatmu menjadi tahu.

Sebuah kebingungan mendalam memucuk di kemudian waktu. Perasaan itu tumbuh kembang tak lekang oleh waktu. Bunga-bunga adalah nama untuk hariku dan mekarnya lukisan raut wajahku. Sesuatu yang dulu pernah kugeluti bersemi kembali setelah sekian lama tak kusadar lenyap saat bersama dia. Bukan hanya alasan rasa yang teraksarakan, engkau adalah penghubung antara satu dengan kata lainnya. Tanda tanya untuk setiap jawaban dan engkau menari di setiap huruf-huruf tersusun, khiasan di setiap baitnya. Tidak hanya membimbingku menuju terang tapi juga menghidupkan hidupku. Lekas keluar dari zombie beku menopengi diriku. Namun ada awal dan ada akhir dalam hidup. Apa yang menjadi jawaban adalah akhirnya. Apakah aku dan perasaan ini adalah cinta. Ataukah aku yang bermain hati? aku percaya bersama sang waktu jawaban akan datang. Karena hari esok adalah jawaban untuk semua pertanyaan di hari ini.

Engkau hadir merubah segalanya. Menghapus kehampaan dengan kesesakan. Kamu yang selalu mengisi ruang pikiran dan relung jiwa. Kamu  adalah  terang  dalam  gelapku.  Aku memilih untuk diam dan memperhatikanmu dari kejauhan, walaupun lewat sosmed semua itu terasa indah dan berarti. Susah untuk mengingat kamu yang dulu, lekas lewat foto-fotomu kuhidupkan kita dalam mimpi ataupun khayalan semata dimana aku bisa merancang luar biasanya masa depan aku, kamu adalah kita.
Akhirnya semua ini kembali menjadi tameng untuk tiga kata “I love you,” terus mencintaimu dalam diam, terus bermain hati.

Kadang gelap berbisik bahwa kita telah berada dalam zona yang salah. Hingga dalam kehampaan sesuatu mendatangi kita, pembimbing menuju hidup yang harus dihidupkan dari kematiannya. Kamu akan tersadar jatuh dalam cinta yang salah bukan di saat kamu dalam kematian, tapi setelah kamu bangkit.

Gelap akan membawamu kembali dalam terang. And light will guide you home.



Special thanks to Enu Shefye
#Berdasarkan kisah nyata.
#Teruntuk seseorang yang berinisial .M.
#from “change or die” dalam buku “CHAMP!ONS” karya Darmadi Darmawangsa

SURAT UNTUK MARVIN


Dear Marvin,
 
SURAT UNTUK MARVIN
@marlin_gat  photo
Saat cinta datang; pemberi arti hidup, mengajarkan tentang kebahagiaan. Yang walaupun akhirnya kebahagiaan itu pula yang mengajarkan kita akan sebuah kehilangan, belajar untuk mengikhlaskan.

Dan detak waktu yang terus melaju kian rancak, mengharuskan kita untuk bangkit dari kehampaan, agar terus melangkah menjalani hidup.


Mulai mencari keindahan lain dari keping-keping hati yang tersisa, menyatukannya kembali walau harus merasakan sakit atas bekas-bekas lukanya yang belum sembuh total. Jikalau semuanya sudah menyatu dan kering, kadang sebuah rasa gatal timbul dari bekas luka-luka itu merayu hingga diri tak tahan menggaruknya.

Sekalipun tahu memberi garukan akan membuat ketagihan. Itu mengingatkan kita pada semua momen-momen indah yang terlewati terngiang meliliti kepala, sekali menaruh lamunan oleh karenannya itu akan melahirkan kesakitan yang baru. Hingga pada suatu saat yang tak bisa ditentukan kamu akan bilang “Setiap detak tetesannya adalah sebuah air terjun namun tercipta oleh karena keindahan yang memudar. 

Tangisanku bukan karena kehilanganmu tapi karena kenangan-kenangan indah yang kita lewati juga membunuh sekian banyak mimpi dan asa yang pernah kita bangun bersama dan jika kamu bertanya kemana hati ini akan melangkah aku hanya bisa menjawab, aku rapuh, hatiku enggan memulai mimpi yang baru.”

Satu yang kupetik dari semuanya bahwa kamu hadir mengisi kehampaan yang ada dalam diriku yang membuatku berdiri kokoh karena kamu tepat di sampingku.

Saat hatimu dan hati ini jatuh, mereka menyatu dalam satu cinta. Kemudian membara mengharuskan jiwa kita saling terkoneksi. Dan ya, kita seringkali merasakannya. Saat rintih dalam kesunyian malam terdekap oleh dinginnya, jiwamu terasa disampingku memelukku erat lewat sepoi angin yang berbisik manja menggelitik membawaku terlelap.

Kita bahkan tak berhenti sampai disitu. Disetiap pertemuan yang susah kita rangkaikan, kita ciptakan sesuatu sebagai pengikat rasa dan raga atas asa dan mimpi, hingga jarak itu mulai terasa, desahan-desahan penyejuk derai tetesan keringat yang menggambarkan seluruh perjuangan cinta kita.


Kamu pernah bilang bahwa kamu mencintaiku melebihi cinta bagi dirimu sendiri, bahkan kamu bilang aku adalah segalanya bagimu. Setelah kamu jauh semuanya kembali sekedar kata dan kata yang kamu rangkaikan. Dan selebihnya kamu bilang bahwa kamu tidak akan menyapaku sekalipun jikalau cintamu rapuh untukku, dan itu semakin menguatkanku karena saat itu kamu tepat disampingku.

Dan sekarang berubah, menyadarkanku bahwa dihatimu tak ada sedikit cintapun yang tersisa untukku. Bahkan aku tidak pernah menyangka ini akan terjadi. Semuanya berlalu begitu saja. Alasan kita bertengkar pun kutak tahu.

..................................................................................................................................................................
Special thanks to:  Edo Gerard, Marlin Gat

DON'T GIVE UP

Belajar  dari  Mr. Karjen
from: Champ!on,  Darmadi  Darwangsa.


Artikel  ini  adalah 

sebuah  kisah  nyata  seorang  mahasiswa 

dengan  sikap  pantang  menyerahnya  yang  tinggi.



 
Setiap  orang  memiliki  jalan  hidup  sendiri  dan  yang  pastinya  bagaikan  musim  yang  selalu  berganti;  kadang  menang  dan  kadang  kalah.

Saya  sendiri  pernah  mengalami  berbagai  kekalahan  juga  kemenangan.  Pernah  mengalami  kehilangan  sebuah  laptop  milik  sepupuku  dimana  saya  menyalurkan  segala  tenaga  agar  dapat  mendapatan  laptop baru  untuk  menggantikan  laptop sepupuku  yang hilang itu,  sedangkan  semua  kewajibanku  terabaikan  dan  kubiarkan  saja.

Dan  yang  paling  merasa  hidupnya  kalah  dan tamat  adalah  kakak  sepupu  jauhku,  Karjen,  yang  seharusnya  sekarang  sudah  berprofesi  guru  namun  mimpinya  seakan  mati  setelah  keberadaan  kampus  (salah  satu  uneversitas  di provinsi  Nusa  Tenggara  Timur)  dimana  ia  menempuh  pendidikan  tingginya  dinyatakan  tidak  diakui  oleh  pemerintah  pusat  atau statusnya  dinonaktifkan.

Lalu  apa  yang  terjadi  sama  Karjen?  Dia  mengalami  stress  dan  depresi  hebat,  hingga pada  suatu  hari  dia  memutuskan  untuk  menyerah...  ia  berhenti  berharap  masalah  kampusnya  akan  segera  diatasi,  dan  mulai  memalingkan  mukanya  dari  Tuhan.



Baca juga:  MANUSIA  TERLAHIR  SEBAGAI  MENANG


Ia  bahkan  berpikir  untuk  mengakhiri  hidupnya.  Sambil  berjalan  ke  dalam  hutan  yang  rimbun  untuk  merenungi  nasibnya,  menghakimi  dirinya  salah;  bahwa  kalau  saja  dulunya  ia  tidak  mengikuti  keinginan  orangtuanya  untuk  kuliah  di  kampus  tersebut  mungkin  saja  ia  tidak  akan  mengalami  tragis  nasibnya,  ia  mengeluh  kepada  sang  pencipta.

Ia  berkata,  "Tuhan  dapatkah  Engkau  memberi  aku  satu  alasan  kuat  sebelum  aku  mengakhiri  hidupku?"

Suara  Tuhan  menjawab,  "Apakah  engkau  melihat  sekeliling  tanaman  dan  pohon-pohon  bambu  itu?"  "Ya,"  jawab  Karjen.

Sang  pencipta  berkata,  "Ketika  Saya  menanam  benih  tanaman  dan  bambu,  Saya  sangat  memperhatikan  mereka.  Saya  memerintahkan  sang  surya  untuk  menyinari  dan  awan  untuk  memberikan  hujan  yang  cukup.  Tanaman  hijau  lainnya  tumbuh  dengan  pesat  memadati  hutan  namun  tidak  ada  yang  tumbuhan  dari  benih  yang  ditanam,  namun  Saya  tidak  menyerah.  Pada  tahun  kedua  tanaman  hijau  tetap  tumbuh  dengan  suburnya,  namun  sekali  lagi  benih  bambu  tidak  bertumbuh.  Namun  sekali  lagi  Saya  tidak  menyerah.  Pada  tahun  ketiga  dan  keempat  hal  yang  sama  terjadi,  namun  Saya   tetap  tidak  menyerah.

Namun  suatu  kejadian  muncul  pada  tahun  kelima,  benih  bambu  mulai  muncul  dari  permukaan  tanah,  jika  dibandingkan  dengan  tumbuhan  hijau  lainnya,  pertumbuhan  ini  sangat  kecil  dan  tidak  berarti.  Tapi  tunggu...  enam  minggu  kemudian,  pohon  bambu  telah  berdiri  tinggi  menjulang  lebih  dari  30  meter.  Ternyata  lima  tahun  sang  benih  bambu  tumbuh  ke  bawah  dengan  memperkuat  akarnya,  untuk  mempersiapkan  suatu  pertumbuhan  yang  besar  diperlukan  akar  yang  kuat.

Demikian  juga  dengan  kemalangan  dan  kegagalan  yang  kamu  alami  selama  ini,  hal  tersebut  bermaksud  mempersiapkan  dirimu  untuk  bertumbuh.  Sebagai  sang  pencipta,  Saya  tidak  akan  berhenti  berkarya  terhadap  pohon  bambu,  apalagi  terhadap  kamu.  Jangan  membandingkan  dirimu  dengan  orang  lain,  masing-masing  orang  di  dunia  ini  berbeda  tujuannya,  waktunya  akan  tiba  ketika  kamu  akan  bertumbuh.


Segera  setelah  apa  yang  didapatkannya  di  hutan  itu,  Ia  menyadari  bahwa  dirinya  telah  mengalami  berbagai  kegagalan;  merasa  dikhianati  dan  ditipu  oleh  pihak  kampus,  terbelenggu  akan  pengharapan  yang  tidak  pasti.  Karjen  menyesali  keputusannya  yang sempat  ia  buat  di  tiga  tahun  silam  namun  ia  urungkan.  Sebuah  keputusan  dimana  ia  jalankan  saat  ini.

Di  tiga  tahun  silam  berita  tentang kegaduhan  kampusnya  menguak  ke  segala  penjuru  dan  menggugah  hatinya  untuk  segera  melanjutkan  kuliahnya  ke  Jakarta.

Namun  ia berpikir  jika  melanjutkan  kuliahnya  ke  kampus/universitas  lain  dimanapun  itu  mungkin  ia  akan  mulai  lagi  dari  semester  enam  mengingat  setiap  kampus/univerrsitas  memiliki  beberapa  mata  kuliah  yang  berbeda.  Dan  ia  terlalu  tua  untuk  memulai  dari  bawah  lagi  sedangkan  dirinya  tinggal  menungggu  waktu  untuk  sidang  skripsinya.  Hingga  keputusan  yang  ia ambil  di  tiga  tahun silam  yaitu  berharap  dan menunggu  keputusan  Ditjen  Pendidikan  untuk  mensyahkan  keberadaan  kampusnya  tidak  kunjung  terealisasikan.  Imbas  dari  semua  harapan  yang  tak  kunjung  terjadi  itu adalah  Karjen  yang  mulai  stress,  depresi,  menyerah,  bahkan  ingin  bunuuh  diri.

Dalam  kehidupan  kita  sering  deperhadapkan  dengan  hal-hal  yang  penuh  kekecewaan  dan  kegagalan,  dan hal-hal  ini  sering  membatasi  pandangan  kita  terhadap  kesuksesan  yang  sebentar  lagi  kita  raih.  Thomas  Edison  bahkan  mengingatkan  bahwa  kelemahan  terbesar  dari  diri  kita  adalah  ketika  kita  menyerah,  dan  cara  yang  paling  pasti  untuk  meraih  kesuksesan  adalah  dengan  mencoba  sekali  lagi.


MOTIVASI KEHIDUPAN JANGAN JADI PERFEKSIONIS


Satu  yang  ia  petik  dari  semuanya  bahwa  mengingat  masa  lalu  yang  begitu  pilu  hanyalah  sebuah  pelajaran  dan  sukses  tidak  akan  didapatkan  dengan  merenunginya  secara  terus  menerus  karena  itu  tidak  akan  terulang  lagi.  Bukan  pula  dengan  membayangi  masa  depan  karena  masa  depan  tidak  akan  diraih  sebelum  waktunya.  


Sukses  adalah  bagaimana  kita  menempatkan  diri  kita  pada  waktu  yang  tepat.  "Aku  mungkin  terlalu  tua  untuk  memulainya  dari  awal.  Aku  bagai  elang  yang  berumur  empat  puluh  tahun  yang  dimana  paruhnya  sudah  tidak  mampu  lagi  menangkap  mangsa  karena  kepanjangan  dan  bengkok  ke dalam  hingga  hampir  menyentuh  ke  dada,  juga  cakarnya  yang  menua  mengakibatkan  suit  mencangkram  mangsa.  Agar  tidak  mati  kelaparan  elang  itu  harus  menghantamkan  paruhnya  berkai-kali  pada  batu  sampai  terlepas  dari  mulutnya   kemudian  mencabut  cakar-cakarnya  yang  menua  demi  tumbuhnya  cakar-cakar  yang  baru.  Menyakitkan  tapi  demi  bertahan  hidup."  

Akhirnya  Karjen  memutuskan  terbang  ke  Jakarta  untuk  meneruskan  kuliahnya  di  salah  satu  Universitas  swasta  di  sana.  Walaupun  terasa  berat  untuk  memulai  semuanya  dari  awal  lagi  setidaknya  suatu  saat  ketika  dia  lulus  perjuangan  panjang  dengan  berbagai  kisah  pilunya  diakui  oleh  dunia.


 

Darmadi  Darwangsa dalam  bukunya  Champ!on  kembali  mengingatkan bahwa  sikap  menyalahkan  diri  sendiri ataupun  orang  lain  atau  juga  sesuatu  yang  berada  di  luar  kontrol  kita  adalah  sikap  yang  dapat  menghentikan  laju  kesuksesan  kita  bahkan  bisa  mengarahkan  kita  kepada  sesuatu  yang  tidak  seharusnya  untuk  semua  orang  lakukan.






 
Sekali  lagi  Karjen  dalam  cerita  di  atas  yang  terus  menyalahkan  dirinya  bahkan  orangtuanya   menjadikan  dirinya  depresi  dan stres  hingga  mencoba  untuk  bunuh  diri.  Mencari  kambing  hitam  atas  kegagalan  kita  adalah  cara  mudah  untuk  menghindari  tanggung  jawab  menyelesaikan  tantangan  dalam  kehidupan  kita.

Jika  bunuh  diri  adalah  satu-satunya  pilihan   Karjen  di  tiga  tahun  silam  maka  ia  akan  bebas  dari  tantangannya.  Namun  mati  bukanlah  persoalan,  hidup  yang  menjadi  persoalan.  Dan  kita  hidup bukan  di  surga,  kita  hidup  di dunia  dan  ada  masalah  di  dalamnya.  Lelaki  macam  apa  yang  tidak  mampu  menyelesaikan  masalah  dunia  apalagi  masalah  dirinya sendiri?  Berhentilah  mencari  alasan  atas  kegagalan  anda.

Segala  sesuatu  yang  menjebakmu  dalam  sebuah  tantangan,  apapun  yang  kamu  lakukan,  jangan  salahkan  dirimu,  salahkanlah  pada  hujan.  Belajarlah  dari  benih  bambu  pada  cerita  di  atas,  semakin  lama  ia  tumbuh  maka  semakin  dalam  ia  mengakar.  Semakin  banyak  tantangan  yang  kamu  hadapi,  semakin  matang  dirimu  untuk  menghadapi  dunia  dan  dengan  mudah  anda  akan  memetik  sebuah  kesuksessan.  Tumbuhkan  sikap  pantang  menyerah  dalam  dirimu.

Sebuah  keputusan  hebat  seorang  Karjen  hingga  sekarang  perkuliahannya  lancar  dan  dua  semester  lagi  dia  akan  wisuda.

Tips:  untuk  memotivasi  diri  anda  lebih  dalam  lagi,  belilah  bukunya.  Sebuah  buku  101 Tips Motivasi dan Inspirasi Sukses:  CHAMP!ON. Karya  Darmadi Darmawangsa.


#never ever give up
Special thanks to:  Didimus  Karjen

BALADA PILU

cerpen sedih menyayat hati tentang kehilangan seorang ibu

balada pilu
Mengapa hidup dengan kejam membiarkan aku menjumpai perpisahan yang paling kutakutkan saat ini?














Sang fajar merangkak dari tempat peraduan yang membiaskan kehangatan di setiap cahayanya. Aku terbangun dari tidurku lalu berdoa dan mensyukuri hari baru ini. Setelah mandi aku diminta mama untuk memasak bubur ayam kesukaannya. Sejenak aku bahagia karena aku berpikir bahwa mama telah melupakan pertengkaranku dengannya sore kemarin. Dari wajahnya tak tergambar sedikitpun marah atau kecewa. Aku lalu memberanikan diriku untuk meminta maaf  padanya. Ia tersenyum lalu mengecup keningku. Legah dan bahagia menyelimutiku.

“inilah hari terakhir kau memanggilku mama....” katanya sambil menghabiskan sisa bubur ayam yang kuhidangkan.

Aku terperanjat dalam keheningan. Kecewa, marah, sakit hati dan takut. Dalam kehancuran aku melangkah menuju sekolah. Sejenak semuanya berubah. Ada kekalutan menyeringai di hatiku yang memaksaku untuk menangis.

Adakah aku tak bisa dimaafkan lagi hanya karena pikiranku yang membatu yang membuatku menentang ingin mama untuk melanjutkan kuliah di Jakarta? Tak banyak yang ku tahu di luar sana, tak banyak bekalku untuk perjalanan yang jauh. Sedang kata mereka kota itu kejam. Kekuatan apa yang ada padaku? Aku mencintai tanah asalku ini. Mengapa harus pergi jauh jika di sini masih ada tempat buatku? Flores menyajikan banyak hal indah untukku, semua yang tak mungkin bisa hilang dari jiwaku. Mama dan Opa adalah salah satunya. Aku tak ingin jauh.

Lalu tentang mimpi dan harapan mereka atasku, sebenarnya tak ada yang salah. Aku membenarkan alasan mereka yang ingin menjadikan aku besar di tempat yang lebih besar dengan menjala tak hanya ilmu dan keterampilan tetapi juga cerita tentang perjalanan yang panjang, jauh dan berbeda untuk kubawa pulang sebagai kebanggan yang mungkin bisa kuteruskan untuk membangun tanah Floresku. Betapa inilah cita-cita besar mereka dan aku,.. ah kekhawatiranku atas keadaan merekalah yang membuatku urung. Aku hanya ingin di sini bersama mereka. Menemani dan menjaga mereka.

Sepanjang perjalanan menuju sekolah, batinku terus bergejolak. Ingin rasanya aku meneriakan rasa sakit ini pada langit yang memayungi pijak demi pijakku. Mengapa mama tak melihat kekhawatiranku atas dirinya dan Opa?

Aku masih membatin. Apalagi sampai saat ini aku masih belum tahu bagaimana hasil pemeriksaan darah mama kemarin di rumah sakit. Yah, seperti biasanya, aku selalu dianggap anak kecil yang tak boleh tahu dan mengerti maasalah-masalah orang tua termasuk sakit yang mereka derita. Kekecewaanku semakin bertambah mengingat hal itu.

Setibanya di sekolah, aku berusaha membuang jauh masalahku dan fokus pada ujian praktek olah raga sebagai salah satu mata pelajaran Ujian Akhir Sekolah. Bagaimanapun, sebentar lagi aku akan menghadapi kelulusan SMA. Ingin kusongsong prestasi yang baik di hari itu, untuk itulah aku harus tetap bersemangat.

Pukul 09.00 WIT, kepala sekolah memanggilku. “pentas Hari Guru”, pikirku. Aku bertugas menampilakan monolog di hari itu. 

“kamu harus sabar dan kuat.” Kepala sekolah mengingatkanku. Jantungku berdegup begitu kencang, seluruh tubuhku bergetar. Apa yang terjadi? Tanyaku tanpa suara waktu aku dihantar pulang ke rumah dan semua guru juga teman-temanku menatap aku penuh iba. Deru nafasku seperti menggerutu, angin berhembus bagai  balada pilu, bahkan nyaris tak ada kicauan burung yang menghibur aku.

Dari kejauhan, sayup-sayup terdengar nyanyian duka dan ratapan. Aku semakin tak karuan. Banyak orang berkumpul di halaman rumahku dan benar saja ketakutanku menjadi nyata.

Tangisku pecah waktu kudapati mama tak bernyawa di atas pembaringan. Kenyataan ini terlalu pahit bagiku. Mengapa hidup dengan kejam membiarkan aku menjumpai perpisahan yang paling kutakutkan saat ini?

Mama...
Tak ada kata lagi selain raunganku yang menggiring air mata dan pelukanku untuk mama. “inilah hari terakhir kau memanggilku mama” kalimat itu bak salam pisah paling keji yang  menari-nari di atas piluku. Sementara wajah mama membeku bersama senyumnya.






TENTANG PENULIS: