SEKEPING HATI YANG TERTINDAS
Kita terikat tapi tak saling memiliki
Antara dirimu dan diriku yang sesaat
jika ada dia
Untuk sekeping hati yang tertindas, jamahlah aku dengan cintamu.
Karena kita Indonesia, kita Pancasila.
Di mataku kamu bisa melihat adanya sebuah beban berat. Dalam keindahan kan kamu dengar ratapan. Sesuatu yang terlahir dari sebagian relung hati. Antara disakiti dan belas kasihan. Antara dirimu dan diriku yang sesaat jika ada dia.
Gunda itu teringat saat melihat bagaimana
kamu memperlakukan dia, jauh melebihi aku. Kemudian duka hadir meratapi diriku.
Mengingat kita yang terasa dekat saat dia menghilang dan aku yang kamu
hilangkan saat dia kembali menghampiri. Kita terikat tapi tak saling memiliki.
Adakah sebagian dariku yang begitu
jauh dari pantauanmu? Sebagian dari aku penuh kesemrawutan dan ketidakmampuan
yang sungguh membutuhkan perhatianmu. Aku yang dianggap bodoh, aku yang kamu bilang buta.
Sebenarnya apa kurangku bagimu? Salahku
dimana sehingga kau biarkan aku merana?
Aku dengan bangganya merelakan segala
yang bisa kusediakan untuk sekedar santapan bagimu. Telah kuperlihatkan segala keindahan
untuk meningkatkan gairahmu meraba-raba aku, agar kamu dibanggakan hingga
dipuja-puji semua orang.
Lantas, kenapa kamu menelantarkanku
bila kamu tak menerima kekuranganku? Sedangkan kekuranganku bisa kamu cerahkan
hanya dengan kamu mempedulikanku. Atau aku yang begitu bising bisa kamu
redamkan dengan cintamu.
Hei, sungguh.... tolong dengarkanlah!
Kekuranganku adalah aku yang tanpa cintamu. Aku yang bodoh karena kamu lebih bodoh. Cintailah aku seperti halnya kamu
ribut merebut-rebut milikku. Aku adalah siapa dan bagaimana kamu, gambaran dirimu.
Dalam tangisku ada tawa canda
menyakitkan. Melihatmu memperjuangkannya walau kamu tahu dia bukanlah bagian
dari kita. Melihat kamu dengan kamu yang lainnya saling berdebat dan bermusuhan
untuk memperebutkanku. Bukankah aku dengan kamu dan kamu yang lainnya itu
menjadi kita karena perbedaan? Sadarlah, bahwa perbedaan yang menciptakan kita.
Jangan sekali-kali menjadikannya senjata untuk perpecahan.
Berhentilah sekedar merajut persatuan
dibalik demokrasi sebab aku akan selalu ada untukmu. Jamahlah aku dengan
cintamu agar sebagian dari aku tidak terus-terusan bising oleh ketertindasan. Agar
sebagian dari aku yang sangat berharga bagimu berhenti meminta pergi.
Berilah perhatian untuknya tapi tidak
melebihi cintamu untukku. Walau dia satu Tuhan denganmu, ingatlah bahwa
aku-kamu adalah kita. Kita Indonesia. Kita Pancasila.