M
E N C A R I H I L A N G
I’m done when you’re gone
(the other shape of love)
(Cerpen MENCARI HILANG ini adalah sebuah cerpen terbaru yang sedih menyayat hati tentang sebuah perpisahan, tentang sebuah cinta sejati. Enam tahun bersama dan tiba-tiba berakhir karena jarak. Cerpen ini juga akan menceritakan bagaimana cinta sejati yang sesungguhnya. Kisah cinta dalam cerpen ini sebagiannya dikisahkan secara tersirat. Dimana kisah cinta dalam cerpen ini juga akan mengkaji apakah cinta sejati itu hasil dari perjuangan atau malah sebaliknya yaitu merupakan takdir?
Cerpen Cinta MENCARI HILANG ini diangkat dari beberapa kisah nyata yang hampir mirip. Beberapa konflik yang dialami tokoh-tokohnya dicoba dirangkum menjadi satu di cerpen ini. Karena itu saya masih menunggu akhir yang sebenarnya dari beberapa kisah-kisah nyata tersebut sehingga cerpen ini masih dalam tahap penulisan.)
Sinopsis
Pria, 32 tahun, Richard, berkelana dalam belenggunya setelah
berpisah dengan tunangannya. Arti seluruh enam tahun kehidupannya adalah
seorang Neyra. Kini ia sebatang kara.
Hanya susunan konsonan tanpa vokal, susunan huruf yang tak dapat membentuk satu
katapun. Atau sebuah kata yang kehilangan makna.
Rontah, pinta, dan seluruh doanya merajut “menghapus Neyra
dari lara dan saraf otaknya.’’
Seluruh hidupnya hampa. Yang tersisa hanya kepingan-kepingan
hatinya. Namun ia seperti sedang menunggu sesuatu; menunggu pertanda waktu
datang, sebuah akhirat.
Saat diri sampai pada titik kehabisan; raga dengan kehampaan,
hati bersama luka-lukanya, ada hidup yang harus dijalani. Lalu bagaimana
Richard bisa bangkit dari kehancurannya? Sedang di setiap harinya Ia jumpa
Neyra, namun bukanlah Neyra nya lagi. Kala optimismenya merekah untuk bangkit,
kenangan-kenangan itu terbesit, merasuki kepalanya, membawa rindu, yang
sekaligus membuka bekas luka lama.
KALAH
Aku
berjalan menyusuri lorong-lorong gelap nan sempit, dimana aku memiliki mata
tapi tak bisa melihat. Dan aku merasa kalah.
Di
bukit-bukit nan terjal aku berdiri, ke setiap sudutnya kutertatih untuk sebuah
turunan. Dan yang kutemui hampa hingga kuterjebak. Dan aku merasa kalah.
Jalan kita yang berbeda, yang tak pernah lagi mencapai titik temu, meski kupunya hati yang mencintaimu ia sekeras batu.
Tatap mataku sedalam sunyi, sampai
kau berhenti mencari. Dan kau kan temukan sepasang tungkai bergerigi. Bukan
untuk menyakiti. Pun melindungi diri. Satunya mencangkul untuk mencari. Satunya
lagi menggali untuk bersembunyi. Dalam petualangan yang sungguh berat akan
kehilangan hidup yang pernah tersesak arti. Nalar yang selalu dapat
berimajinasi pada nurani yang kehilangan nalurinya. Hingga akupun tersesat.
Mendapati diri sedang menabur di tanah yang berbatu-batu. Setelah sekian
lamanya bersama, ke dalam kail kumendekap, kusadari sedang terperangkap. Lalu
kau lepaskan. Ke dalam air yang
mengalir, aku adalah seekor ikan mati yang kau biarkan terhanyut.
Perkenalkan, saya Richard, Andreas
Richardo Kartz lengkapnya. Sebuah nama yang saya bangga-banggakan. Tapi entah
kenapa, otak kiriku selalu menyindir dan mengolok-olok. Sama persis dengan
gonggongan-gonggongan Alvin, peliharaanku, saat ia berusaha mengajak seekor
tikus mati hasil tangkapaannya untuk menemaninya bermain. Najis dan ngesselin
banget. Dan saya seperti selalu mendapat suara bisikan dari otak kiriku. Suara
yang selalu meremehkanku. Bahwa diri saya terlalu lemah ketika disandingkan
dengan nama facebook lamaku “Richardo Neyra,” sebuah akun bersama ketika Neyra
masih ada.
Dan benar saja. Akun itu adalah
sesuatu yang sangat berharga, yang selalu saya menganggapnya lebih dari sekedar sebuah akun facebook. Karena separuh
nafasku terhembus dari akun itu. Tempat dimana kenangan tersisaku bersama Neyra
hanya berada. Tempat dimana aku bisa melihatnya hanya di sana. Tempat dimana
segala rindu bisa digugurkan. Tempatku berteduh dikala dahaga menggerogoti
hati. Sesering mungkin berada di sana tidak pernah membuatku seperti sedang
bernostalgia. Karena disanalah semua harap diteguhkan dari semua tanya dan
sesal yang kian meresah. Di sanalah sandaranku.
Telah lama jadi kenangan, terhitung tiga
tahun sejak kepergiannya, bagiku Neyra selalu ada dalam relung hati. Bukan dengan
sengaja untuk selama mungkin mempertahankan dirinya dalam kenangan. Bukan juga
enggan untuk melupakan. Sebaliknya, dalam kurun waktu yang cukup lama itu
berkali-kali sudah aku merasakan jatuh cinta dan dicintai. Namun pada akhirnya
semuanya hanya datang untuk pergi juga. Dan hati ini selalu menginginkan hanya apa
yang diinginkannya. Hati selalu menuntunku pada Neyra.
Aku selalu sabar dalam menunggu. Kemudian kesempatan itu datang. Lalu aku bisa belajar dan akupun berhasil. Tapi semuanya tidak bertahan lama. Yang kemudian hati dengan sigap menyimpulkan bahwa sejauh ini kamu masih yang terbaik.
Ketika hujan tak lagi diharapkan ia akan menjadi sebuah
hukuman. Malangnya kau acuhkan. Beruntungnya kan kau pikirkan, ada yang telah
kau hilangkan. Itu mungkin sebuah pilihan. Barangkali benar adalah inginmu,
maka ada yang harus kau kembalikan. Pohon rindang yang dulu kita tanam. Bahwa
kita masih memiliki urusan yang belum terselesaikan. Kitalah yang bertaruh
menanamnya, berpaut mesrah dalam keringat berdarah untuk bermekarnya sejuta asa.
Pergimu seakan membawa serta angin hingga kini daun-daunnya
berhenti menari. Kemudian kepadakulah badai itu datang mengamuk. Gugurlah
mereka, menyirnakan asa, menyisahkan duka, melaratkan tanya, mengadakan permusuhan
antara nalar dan nurani. Pintaku, kembalilah sejenak. Pulanglah walau hanya
untuk sebentar, sebelum badai kembali semakin menjadi-jadi,. Leraikan nalar dan
nuraniku dari pertikaian yang kau uraikan. Sebelum simpul senyumku
mengikhlaskanmu pergi.
Itulah mengapa senduku di setiap langit yang mulai gelap, mendung
bersama pertengkaran hebatnya. Jika kembalimu tak sampai, ataukah niatmu yang
kau tak temui, maka tolonglah aku, tolong... siapkan saja tandu untuk rindu yang
tak pernah usai. Karena ia lelah menanti tak ditemu. Biarkan ia dalam
pembaringannya mengartikan letih. Yang kepadamu, rindu... sekalipun melihat,
kau tak menanggap. Mendengar, kau tak mengerti.
Kepada:
Rindu,
Kembalilah! Bawa serta
tangismu. Dari tempat yang ingin kau tuju, kau hanya akan berkelana. Sebab dengan
nya ia sedang berbahagia. Kukan menjemputmu di persimpangan benci dan cintamu,
agar aku dapat menawarkan letih sampai dikau tak ingin dalaminya lagi.
Rindu.... pulanglah.