Showing posts with label CERPEN. Show all posts
Showing posts with label CERPEN. Show all posts

CERPEN CINTA SEDIH ROMANTIS TERBARU: MENCARI HILANG

M E N C A R I      H I L A N G

I’m done when you’re gone

(the other shape of love)

 

(Cerpen MENCARI HILANG ini adalah sebuah cerpen terbaru yang sedih menyayat hati tentang sebuah perpisahan, tentang sebuah cinta sejati. Enam tahun bersama dan tiba-tiba berakhir karena jarak. Cerpen ini juga akan menceritakan bagaimana cinta sejati yang sesungguhnya. Kisah cinta dalam cerpen ini sebagiannya dikisahkan secara tersirat. Dimana kisah cinta dalam cerpen ini juga akan mengkaji apakah cinta sejati itu hasil dari perjuangan atau malah sebaliknya yaitu merupakan takdir?

Jika kamu tertarik pada cerpen sedih tentang cinta sejati  ini, mohon tinggalkan komentar sebanyak mungkin dan follow blog ini agar penulis dengan semangat mempercepat penulisan cerpen ini. Terimakasih.

Cerpen Cinta MENCARI HILANG ini diangkat dari beberapa kisah nyata yang hampir mirip. Beberapa konflik yang dialami tokoh-tokohnya dicoba dirangkum menjadi satu di cerpen ini. Karena itu saya masih menunggu akhir yang sebenarnya dari beberapa kisah-kisah nyata tersebut sehingga cerpen ini masih dalam tahap penulisan.)


UPDATE: 24/07/2020

 

Sinopsis

Pria, 32 tahun, Richard, berkelana dalam belenggunya setelah berpisah dengan tunangannya. Arti seluruh enam tahun kehidupannya adalah seorang Neyra.  Kini ia sebatang kara. Hanya susunan konsonan tanpa vokal, susunan huruf yang tak dapat membentuk satu katapun. Atau sebuah kata yang kehilangan makna.

Rontah, pinta, dan seluruh doanya merajut “menghapus Neyra dari lara dan saraf otaknya.’’

Seluruh hidupnya hampa. Yang tersisa hanya kepingan-kepingan hatinya. Namun ia seperti sedang menunggu sesuatu; menunggu pertanda waktu datang, sebuah akhirat.

Saat diri sampai pada titik kehabisan; raga dengan kehampaan, hati bersama luka-lukanya, ada hidup yang harus dijalani. Lalu bagaimana Richard bisa bangkit dari kehancurannya? Sedang di setiap harinya Ia jumpa Neyra, namun bukanlah Neyra nya lagi. Kala optimismenya merekah untuk bangkit, kenangan-kenangan itu terbesit, merasuki kepalanya, membawa rindu, yang sekaligus membuka bekas luka lama.

 

KALAH

Aku berjalan menyusuri lorong-lorong gelap nan sempit, dimana aku memiliki mata tapi tak bisa melihat. Dan aku merasa kalah.

Di bukit-bukit nan terjal aku berdiri, ke setiap sudutnya kutertatih untuk sebuah turunan. Dan yang kutemui hampa hingga kuterjebak. Dan aku merasa kalah.

Jalan kita yang berbeda, yang tak pernah lagi mencapai titik temu, meski kupunya hati yang mencintaimu ia sekeras batu. 


Tatap mataku sedalam sunyi, sampai kau berhenti mencari. Dan kau kan temukan sepasang tungkai bergerigi. Bukan untuk menyakiti. Pun melindungi diri. Satunya mencangkul untuk mencari. Satunya lagi menggali untuk bersembunyi. Dalam petualangan yang sungguh berat akan kehilangan hidup yang pernah tersesak arti. Nalar yang selalu dapat berimajinasi pada nurani yang kehilangan nalurinya. Hingga akupun tersesat. Mendapati diri sedang menabur di tanah yang berbatu-batu. Setelah sekian lamanya bersama, ke dalam kail kumendekap, kusadari sedang terperangkap. Lalu kau  lepaskan. Ke dalam air yang mengalir, aku adalah seekor ikan mati yang kau biarkan terhanyut.  


Perkenalkan, saya Richard, Andreas Richardo Kartz lengkapnya. Sebuah nama yang saya bangga-banggakan. Tapi entah kenapa, otak kiriku selalu menyindir dan mengolok-olok. Sama persis dengan gonggongan-gonggongan Alvin, peliharaanku, saat ia berusaha mengajak seekor tikus mati hasil tangkapaannya untuk menemaninya bermain. Najis dan ngesselin banget. Dan saya seperti selalu mendapat suara bisikan dari otak kiriku. Suara yang selalu meremehkanku. Bahwa diri saya terlalu lemah ketika disandingkan dengan nama facebook lamaku “Richardo Neyra,” sebuah akun bersama ketika Neyra masih ada.

 

Dan benar saja. Akun itu adalah sesuatu yang sangat berharga, yang selalu saya menganggapnya lebih dari  sekedar sebuah akun facebook. Karena separuh nafasku terhembus dari akun itu. Tempat dimana kenangan tersisaku bersama Neyra hanya berada. Tempat dimana aku bisa melihatnya hanya di sana. Tempat dimana segala rindu bisa digugurkan. Tempatku berteduh dikala dahaga menggerogoti hati. Sesering mungkin berada di sana tidak pernah membuatku seperti sedang bernostalgia. Karena disanalah semua harap diteguhkan dari semua tanya dan sesal yang kian meresah. Di sanalah sandaranku.

 

Telah lama jadi kenangan, terhitung tiga tahun sejak kepergiannya, bagiku Neyra selalu ada dalam relung hati. Bukan dengan sengaja untuk selama mungkin mempertahankan dirinya dalam kenangan. Bukan juga enggan untuk melupakan. Sebaliknya, dalam kurun waktu yang cukup lama itu berkali-kali sudah aku merasakan jatuh cinta dan dicintai. Namun pada akhirnya semuanya hanya datang untuk pergi juga. Dan hati ini selalu menginginkan hanya apa yang diinginkannya. Hati selalu menuntunku pada Neyra.

 

Aku selalu sabar dalam menunggu. Kemudian kesempatan itu datang. Lalu aku bisa belajar dan akupun berhasil. Tapi semuanya tidak bertahan lama. Yang kemudian hati dengan sigap menyimpulkan bahwa sejauh ini kamu masih yang terbaik.


CERPEN "MENCARI HILANG" INI MASIH DALAM PROSES PENULISAN 

Ketika hujan tak lagi diharapkan ia akan menjadi sebuah hukuman. Malangnya kau acuhkan. Beruntungnya kan kau pikirkan, ada yang telah kau hilangkan. Itu mungkin sebuah pilihan. Barangkali benar adalah inginmu, maka ada yang harus kau kembalikan. Pohon rindang yang dulu kita tanam. Bahwa kita masih memiliki urusan yang belum terselesaikan. Kitalah yang bertaruh menanamnya, berpaut mesrah dalam keringat berdarah untuk bermekarnya sejuta asa.

 

Pergimu seakan membawa serta angin hingga kini daun-daunnya berhenti menari. Kemudian kepadakulah badai itu datang mengamuk. Gugurlah mereka, menyirnakan asa, menyisahkan duka, melaratkan tanya, mengadakan permusuhan antara nalar dan nurani. Pintaku, kembalilah sejenak. Pulanglah walau hanya untuk sebentar, sebelum badai kembali semakin menjadi-jadi,. Leraikan nalar dan nuraniku dari pertikaian yang kau uraikan. Sebelum simpul senyumku mengikhlaskanmu pergi.

 

Itulah mengapa senduku di setiap langit yang mulai gelap, mendung bersama pertengkaran hebatnya. Jika kembalimu tak sampai, ataukah niatmu yang kau tak temui, maka tolonglah aku, tolong... siapkan saja tandu untuk rindu yang tak pernah usai. Karena ia lelah menanti tak ditemu. Biarkan ia dalam pembaringannya mengartikan letih. Yang kepadamu, rindu... sekalipun melihat, kau tak menanggap. Mendengar, kau tak mengerti.

 

Kepada: Rindu,

Kembalilah! Bawa serta tangismu. Dari tempat yang ingin kau tuju, kau hanya akan berkelana. Sebab dengan nya ia sedang berbahagia. Kukan menjemputmu di persimpangan benci dan cintamu, agar aku dapat menawarkan letih sampai dikau tak ingin dalaminya lagi. Rindu.... pulanglah.

 



 (DITUNGGU VERSI LENGKAPNYA)

TERIMAKASIH



CINTA SEORANG WANITA TANGGUH

Cinta seorang wanita tangguh
Mereka yang berkomitmen merubah lelakinya menjadi lebih baik hanyalah seorang wanita tangguh.

Kamu bahkan mencari jarum dalam jerami jika menatapku untuk masa depanmu.
Jangankan membahagiakanmu, aku sudah terlalu sering menitip duka dalam hidupmu.
Adalah aku 'benalu' dalam hidupmu.
Dan mengenalmu adalah separuh luka yang memilih untuk berlalu.
(CINTA WANITA TANGGUH)


sebuah cerpen tentang cinta seorang wanita tangguh
KAJIAN TERHADAP SKRIPSI SALESIUS GAMPUR, M.Pd
EKSISTENSI MANUSIA DAN HUBUNGAN ANTAR PRIBADI
BERDASARKAN EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCHELL
DALAM NOVEL ASSASIN'S CREED REVELATIONS


Pernahkah melihat meteor, jalur jatuhnya meteoroid ke atmosfer bumi?

Adalah kita. Cinta kita yang sempurna mengalir dalam kehidupan yang tak bisa dimengerti.

Ya, Hidup! Yang indah jika dilalui. Penuh teka-teki untuk dinanti. Dan segudang tanya bila direnungkan. Ia bukanlah seperti air yang dengan sendirinya mengalir begitu saja karena hidup terlalu mahal jika dibiarkan seperti itu. Dan kenyataannya hanya ikan mati yang mengikuti air mengalir.

Tapi kamu akan melihat kehidupan dalam hujan. Ada proses yang sangat panjang disana, tugas yang diemban untuk rangkaian tujuan mulia. Ada luka yang harus diperjuangkan disana. Luka atas pertengkaran terhadap sebuah perdebatan alam mendung, guruh, halilintar.

Tatkala kehidupan berbalik arah, datang kepada kita, hadir seperti orang ketiga kemudian memberi pilihan antara sebuah perubahan atau perpisahan. 

Seperti hujan yang hadir untuk menyejukkan, atau mendung bersama halilintar dan guruh jika ia tak wujud. Kamu juga menuntut perubahan sebagai syarat mewujudkan eksistensi cinta. Dan eksistensi cinta bukanlah perpisahan.

Seperti lagu, instrumennya pertengkaran dan liriknya kamu hadirkan dengan sebuah tanya "mengapa?"

|MASA LALU - DI 5 TAHUN SILAM|| CINTA WANITA TANGGUH
Seiring berjalannya waktu aku menjadi pribadi yang kuinginkan dan tidak kuinginkan. Dan aku baya 19 tahun di awal perkuliahanku di salah satu universits di Jakarta.

Pikiranku tumbuh dewasa, mulai belajar untuk hidup. Semakin diam aku banyak mengerti, berbicara hanya di saat kita harus. Sejenak berhenti dan mereka-reka "menjadi seperti apa aku ini seharusnya?"

Bagian yang menakutkan adalah aku tidak tahu apakah aku bisa mengatasinya. Aku takut orang hanya memuji bahwa aku banyak berubah karena aku yang lama menjadi buah bibir tapi aku sadar bahwa aku yang baru tidak lebih baik.

Beberapa dari mereka mengejek dan sebagiannya hanya menertawakanku bahwa aku culun dan tidak gaul.

Hanya ingin berteman sepi untuk membaca dan menulis sebagai penunjang tugasku sebagai mahasiswa. Dan mereka sebut itu culun dan tidak gaul.

Tapi aku punya cinta untuk menahan semuanya. Nera namanya, semester tiga di Universitas Teknik Lampung (sekarang).

Kami pernah melihat hal yang sama meski tak saling melihat. Empat tahun hati melunak keringat berdarah. Untuk likunya kami perjuangkan, berpaut mesrah. Melawan waktu, melawan dunia, pun baranya bersama kami kibas pada mereka (keluarga). Akan cinta belaka.
Dia lembut benih denyut sugmaku. Akalnya laksana bulan. Berangan lekas kayangan, di indah bola matanya.
Lalu bersama senja dan angin malam ia ditelan hujan. Memainkan sebuah peran. Berandalan. Berpura-pura dan beralasan.
Cintaku beradu, dan dia baya 18 tahun.
Dia beri ranting kepedihan.
Setiap detik nadiku dia renggut, gelisah dan sesak.

Dia menghilang namun culun-tidak gaul, tetap. Dua kata yang teramat risih hingga mempengaruhiku.

Dan disinilah aku sekarang, aku yang baru. Mahasiswa abadi yang sibuk melunakkan sifat malasnya.
INTERMESO (CINTA WANITA TANGGUH)

Mengenalmu adalah separuh luka yang memilih untuk berlalu. Datang, menemukanku erat dalam belenggu.
Membangunkanku dari luka baringku. Meratapiku dalam tatapan cinta kasihmu, perlahan kamu rawat luka-luka itu. 

Padaku kemudian mereka kembali. Senyuman yang telah lama menepi. Ketakutan yang sebenarnya, takut kepada yang Ilahi.

Jakarta, sekarang (CINTA WANITA TANGGUH)
2019. Kerut keningmu cukup memberitahuku; aku harus berubah. Dan waktu terasa tak cukup untuk belengguku musnah,
"Bukannya enggan berubah, beri aku sedikit waktu lagi!"

"Waktu terus berlalu Marsel! Jangan biarkan batu itu terus bersamamu. Itu seperti mengungkit batu di bencah, iya. Tapi kamu bisa mencampakkan batunya keluar. Sungguh, yang aku lihat, ...dirimu, ....hanyalah batu hatimu," bersama butiran-butiran bening membelah lonjong pipimu, kamu berdesah.  

"Bertahanlah, bawa aku kembali dari keasingan nan jauh. Ke tempat dimana aku yang dulu berada," pintaku meresah.

Mencoba menguraikan gejolak relungmu, kepadaku yang bergegas dari ruang kita berteduh, tergesa-gesa kata-katamu seolah mengejarku, "Ini bukan tentang belenggumu lagi, ini soal hati yang berbunga namun perlahan layu tatkala menatap masa depan. Besok ke kampus, mulailah lagi, atau tetap seperti ini sama sekali .... tidak peduli. Karena itu cukup akan memberitahuku bahwa kamu sedang terdampar di masa lalumu.... dan cintamu padaku telah berlalu," kejam nan dalam menghentikan langkahku.

Kamu bahkan mencari jarum dalam jerami jika menatapku untuk masa depanmu.
Jangankan membahagiakanmu, aku sudah terlalu sering menitip duka dalam hidupmu.
Adalah aku 'benalu' dalam hidupmu.


Ya, aku setuju kalau marah itu jujur. Tapi kamu selalu marah, marah... dan pada semua hal kamu marah. Tapi sekarang derumu bukan lagi rindu yang tak kunjung mewujudkan temunya.

Gunda segala tanyamu bukanlah perihal hati. Bukan, bukan sayangku.
Bicaralah Lian sayangku.  

Rajut dera laramu bukan dengan amarah. Rengkuhlah, bersandarlah di bahu milik raga yang terkulai ini. Kan kudekap dengan pura hati. 

Letih, deru, sedu, atau berseteru jangan biarkan semuanya  membuat kita lupa akan cinta kita yang indah.


EKSISTENSI CINTA GABRIEL MARCHELL
CINTA WANITA TANGGUH
Cinta datang bagaikan suatu himbauan, seperti sebuah panggilan.
2018. Seketikapun kita bersanding di ruang dan waktu. Aku melihat paras laris mesrah murah hatimu dalam diri sebagian orang. Wajar dan biasa-biasa saja. 

Namun ada beberapa hal yang sulit untuk ditelaah nurani yang kemudian menempatkanku sedikit lebih dekat tentangmu.

Adalah kekuranganmu. Yang mengikis batasan, mengisi ruang hati yang kosong, dari inti kedalaman (manusiaku) aku terdorong, menghadirkan ribuan tanya dan seolah aku mati penasaran.

Beruntungnya, sedari dulu terjalinnya tali persaudaraan dengan Tony, kakak sepupumu. Di suatu senja di sela seruputan kopinya, Tony coba menenun untaian sendumu untukku.

Menyimaknya, terenyuh relung jiwaku perihal ibu dan ayahmu yang telah  lama tiada. Serupa sayatan-sayatan mengiris jantungku. Dan yang kamu rasakan pastinya berkeping-keping lah hatimu.

Tapi bagaimana kamu bisa sembunyikan pilu, membungkusnya rapi dalam keikhlasan dengan senyuman dan senandung riuh tawamu?

Bagaimana kamu bisa sejauh ini  sedang Tuhan-mu telah mengambil segala milikmu termasuk mereka yang kamu cintai?

Kuatkah hatimu menghadapi dunia, megarungi lika-likunya hanya seorang diri?

Bagaimana kamu bisa sebahagia ini dalam didikkan ibu tirimu? 
Tidakkah kamu dihantui memori pahit akan derita yang telah merenggut sang ayah darimu?

Lalu kucoba pahami. Kamu seperti sebuah cerita yang tak asing. Dan nampaknya kamu adalah wanita tangguh dalam cerita DIMITRIS SIDIROPOULOS:
”Ayo, ambil senjata itu dan tembak,” gertak sang perwira sambil menyorongkan senapan kepada saya. Saya dengan tenang menolak. Di hadapan para tentara yang menyaksikan dengan tegang, peluru dari senjata sang perwira mulai berdesing ke arah saya. Kematian tampaknya sudah di ambang mata. Syukurlah, saya selamat. Tetapi, ini bukan pertama kalinya nyawa saya berada di ujung tanduk."

Pertama kali melihatmu itu di suatu tempat terindah di bumi. Berseragam kerja paduan antara kuning dan putih yang serasi dengan sempurna bersama hitam panjang rambutmu terurai. 

Sejak saat itulah aku selalu memperhatikanmu dan berharap engkau selalu mengenakan seragam kerjamu itu. Kian hari kian hati menari. Aku rasa kamu telah mencuri hatiku. 

Sela waktu, aku ragu dan berhenti. Seperti penyanyi yang kehilangan liriknya di tengah lagu. Antara masa lalumu dan perasaanku. Apakah aku sedang mengasihanimu? 

Saat tanya menanti, sebuah jawaban lain menghampiri. Aku mengerti dirimu yang sebenarnya. Kamu begitu terbuka untuk semua pria yang mendekat. 

Dan yang kupaham saat itu, aku tidak hanya melihat bahwa kamu tampak tidak nyaman, tetapi semua pria yang mendekatimu adalah temanku. 

Perihal pilu keluargamu, paras dan hatimu, aku mengerti bahwa semua itu tak sebanding dengan teman-temanku karena aku tahu siapa dan bagaimana mereka terhadap perempuan. Mereka tidak lain hanya akan menjadikankanmu sebuah mainan.

Sepatutnya kamu dimiliki oleh hati yang baik. Saat itu aku bertaruh teruntukmu menjadi yang terbaik.

MISTERI CINTA EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCHELL
CINTA WANITA TANGGUH
2019. Ketulusan hati merupakan syarat utama dalam membangun cinta yang melibatkan totalitas kedirian kita. 

Ketulusanmu adalah totalitas perjuangan yang kamu lakukan seorang diri untuk mengubah batu hatiku.

Bahkan kamu rela meninggalkan pekerjaanmu seharian ini hanya untuk memastikan aku sungguh berada di kampus, mengurusi masalah kuliahku sebelum kembali. 

Pada akhirnya di sinilah aku, di jalan yang benar, kembali melanjutkan dua semester terakhir kuliahku. Dan aku mengerti akan letih, deru, dan sedumu alasan kita berseteru bahwa dari kesemuanya adalah luapan ketulusan cintamu. Tenang aja, aku juga masih bertaruh teruntukmu.

Kitalah paduan yang kukuh.
Belenggu dan malasku telah musnah.
Kuat tekad sikapmu, padaku luka enggan melekat.
Dalam kehangatan kita merekat.

Jadikan linangan-linangan air mata itu ruang terindah. Saksi usainya segala pertengkaran.
Kamu reda ubah tanyamu, pelan berirama kau lantunkan:
"Mereka yang berkomitmen merubah lelakinya menjadi lebih baik hanyalah seorang wanita tangguh.
Hujan aja penuh perjuangan. Teruntuk kamu satu-satunya yang kumiliki, kenapa tidak?!"


sekian..
(CINTA WANITA TANGGUH)

SUKA DUKA MENCINTAIMU DALAM DIAM

Hidup itu perlu perubahan. Berubah menjadi lebih baik pastinya.

Dan kamu adalah kebaikan yang pernah kulihat.


Kebaikan yang melahirkan sebuah kebenaran yang belum terungkap.


Bukan hanya mengajarkanku untuk mencintai diri sendiri.

Aku juga melihat Tuhan dalam dirimu.


cerpen CINTA DALAM DIAM ep.3

SUKA DUKA MENCINTAIMU DALAM DIAM



Sekian dari fotomu adalah lembaran-lembaran ilusi yang telah membiusku. Niatnya memberi komentar tapi tertahan. Bahagia itu mendapatkan kamu sedang aktif di media sosial, merangkai kata untuk menyapa, namun pesimis begitu menantang.

Menjadi hantu mungkin sedikit lebih baik, yang tak terlihat tapi bisa kamu rasakan. Atau kala malam sehabis hujan kau dengar suara-suara hewan bawah tanah, yang tak dapat kamu lihat.
Merasakan yang kurasakan itu rumit. Yang tak kamu rasa, tak kamu dengar, dan tak kamu lihat. Bukanlah derita sebab kusedang berusaha. Berusaha melunakan jalan Tuhan agar hidupku dan hidupmu sedang menuju satu titik pertemuan.    
Karena mereka bilang bahwa cinta adalah cerminan diri, yang baik akan dipertemukan dengan yang baik, aku akan belajar menabur kebaikan demi menuai dirimu.

Kamu adalah kebaikan yang pernah kulihat. Kamu adalah segala yang baik yang telah mewarisi hal-hal baik. Sekalipun gila melambangkan diriku, memang aku tergila-gila padamu. Dan aku mensyukurinya sebab itulah yang telah membuatku bisa mencintai diri sendiri.
Kemudian aku perlu menambahkan sebuah permintaan di setiap doaku agar takhayul itu tidak berlaku untuk segala hal. Bahwa aku yang seadanya bisa diperuntukan bagi kamu yang sempurna. Alasan kudekatkan diri kembali pada Tuhan.

Sebelumnya kuhadirkan tanya untuk-Nya, tentang hari yang identik dengan cerah atau kelam yang fanatik akan malam. Tentang suka saat dengan-nya (dia yang dulu dihati) dan duka tanpa-nya. Kepada-Nya kini aku bercerita, hanya dengan cintaku untukmu aku bisa. Bisa mengubah luka menjadi suka. Melepas penat sejenak kubisa lelap.

Bersama cinta untukmu solusi bisa memucuki kebingungan. Jika gejala sakit dimana aku merasa kurang minum, maka insomnia adalah dimensia akan menatap foto-fotomu. Khayalku memeluk dan menciummu di dinginnya malam, tentang masa depan kita bercerita.

Sama halnya hidup: tak ada hari yang akan abadi, cerita khayalku juga bisa lenyap di semua waktu yang hilang namun bayangmu tetap. Senyummu tersimpul dalam imajiku bersama hari semakin benderang kini, juga kelamnya malam tak mencekam lagi karena cerita (khayal) baru terus terlahir. Dan hidup-kembali dipenuhi estetika, mengusik problematika.
Sisi lain sang malam adalah kala ia datang, di atas kasur bersandarkan dinding kubingkaikan handphone dengan pajangan fotomu. Lalu kupandang dan kuamati benar, hingga dengan sendirinya senyuman itu tersimpul. Andai tak tersimpul mungkin ia berkoar menyuarakan kebenaran “akulah pengagum beratmu”.  Perlahan simpulnya mengusut bersama kerutan dahi.

Adalah tentang kamu, siapa dan bagaimana kamu, yang kini semakin jauh juga yang kian terikat dengan dia. Namun, siapa dan bagaimana aku, paras cantikmu adalah bagaimana aku melawan duka dengan suka, aku suka kamu. Duka itu melawan lupa, akan kamu yang telah dimiliki seseorang.

Rasanya kalau pulpen dan selembar sudah ditangan, tertatih tapi hasrat menulis itu tinggi. Yang walaupun ujungnya selembar itu dicabik-cabik, kemana-mana kuubah haluan akhirnya hingga tak karuan. Tidak jika kuawali dengan sebuah kata yang terwakilkan “aku”.

Tulisan itu butuh referensi hingga kudapatkan berbagai buku, kubuka lalu kubaca setiap lembarnya, kemudian yang kudapatkan hanyalah huruf-huruf menari tersusun menyerupai hati.

Antara menulis dan membaca itu awal akhirnya dengan lamunan penuh kehampaan. Dan kamu adalah setiap lamunan yang walaupun diwarnai kerutan namun berakhir dengan senyuman. Itulah disaat aku mulai menulis tentang tiga kata “aku,” “cinta,” “kamu.” Untuk menulisnya tidak butuh referensi, mengalir dengan sendirinya.

Ep.1:  TERANG DALAM GELAP 

EP.2:  AKSARA RASA ITU CINTA


#Seseorang berinisial  .R.
Special thanks to:  Orin MensiAdinda Ayunda

AKSARA RASA- DALAM DIAM KUMENCINTAIMU

CINTA DALAM DIAM

Kau harus melahirkan aksara
untuk terbebas dari kekangan rasa,
karena rasa yang terpendam itu menyiksa.
rasa yang teraksara

Ep.2:  AKSARA RASA, ITU CINTA

Ibarat mawar yang sedang mekar, layunya adalah bagaimana aku mencintaimu dalam diam. Malam-malam kelam itu ada namun kupastikan takkan terjadi pertempuran setelah kubiarkan dingin menjamahi kulit. Meski dilanda sunyi, simpul senyumku antara lirik dan melodi mengisahkan bagaimana aku memilikimu dengan penuh kebahagiaan dalam dua dunia (mimpi atau khayalan semata). Memilikimu adalah kerinduan yang terdalam.


Baca juga: CINTA YANG TAK HARUS MEMILIKI

Seperti siang, malam bukanlah waktu untukku meninabobokan rindu di selasar cerita-cerita. Ya sudahlah. Biar kutimang sendiri saja hingga ia tertidur. Walau bukan dijinakan oleh tuannya, semoga ia terlelap. Namun, seperti sedia kala ada bunglon dalam hatiku yang dengan hadirmu telah kau jinakan dan saat ini pula hinggap pada hati yang belum tentu menerima. Takku biarkan kamu memastikannya sebab ia telah jinak. Tak apa landai siang malamku dengan rindu, yang penting hatiku yang seperti bunglon tetaplah engkau jinakkan. 

Seperti halnya LDR, jauh dimata dekat dihati. Aku bagai pungguk yang merindukan bulan, mencintai milik orang lain. Karena cinta tak harus saling memiliki, cinta tak harus terikat, karena cinta yang sebenarnya adalah cinta yang bermekaran di hati, dimanapun dan kapanpun selalu bersemi di taman hati. Namun, tidak ada resah atau gunda untuk itu karena kamu adalah kompas dalam mengarungi samudera kehidupan yang penuh badai serta gelombang. Ya.. kamu yang telah menjadi terang dalam gelapku.

Andai kita hidup dalam kisah Mahabarata yang mengisahkan bahwa yang benar pasti akan selalu menang, maka pada akhirnya kamu akan dalam pelukanku sebab rasa ini untukmu sungguh benar adanya.

Kehampaan yang kamu lawan dengan kesesakan membuatku mabuk perasaan, candu akan dirimu. Takala stinger pike adalah tikar untuk malam-malam panjang, aku yang melewatkan fotomu saat inginku mengakhiri hari.

Kuharus membisikanmu, rasa yang membuatku candu bukanlah bulan yang sedang mengintip dibalik awan karena tak ada tanda yang akan kau lihat bercahaya. Seperti ombak laut yang berlarian ke tepi pantai, menggebunya menggelegar, tapi pasti selalu kembali karena dengan melihat fotomu saja itu sudah terasa cukup.


Baca juga: SURAT UNTUK MARVIN

Berpacu pada waktu namun tidak terlarut sebab bukanlah sehelai daun dalam angin, rasa ini untukmu hidup di seluruh bagian hatiku.

Saat aku terjangkit penat, aku butuh rehat. Melahirkan aksara untuk membebaskan kekangan rasa, karena rasa yang terpendam itu menyiksa. Berulang-ulang ku lakukan dengan harapan nyasar sampai padamu. Jikalau bukan, maka aku terserang lelah dan hela yang kubuthkan tak kudapatkan.  

Setelah sekian lama menetap dan kubiarkan terus menemaniku hidup, perlahan semakin menjelaskan bahwa ia (aku dan perasaan ini) adalah cinta. Dalam diam, biarkan terus mengusik ketenangan hatimu.



#untuk seseorang dengan inisial .A.
#aku dan perasaan ini
#aksara rasa
Special thanks to: Chy Bandur, Hilda Afila Abut
                              Aksarannyta- via tumblr.
                              Rasa (yang) Ter-aksara

CINTA DALAM DIAM

Cerpen cinta dalam diam terang dalam gelap
Shefye || foto via facebook

CINTA DALAM DIAM

Prolog: Kehadiran cinta adalah sesuatu yang tidak bisa diperkirakan. Kapan dan kepada siapa kita jatuh hati, kita tidak bisa menentukannya. Entah kenapa hati ini menjadikanmu tempatnya berlabuh, dia telah menghempaskan ribuan mil di antara kita. Meski kenyataan tidak mendukung, namun hati terus menuntun. Mencintaimu dari kejauhan. Mencintaimu dalam diam.  


Ep I:  Terang Dalam Gelap

Telah ribuan yang kutuliskan, dan dari kesemuanya adalah tameng persembunyian untuk tiga kata yang tak pernah teruraikan. I love you. Bahwa aku telah begitu banyak menulis sesuatu yang begitu menyakitkan di masa lalu. Sesuatu yang membawaku pada dirimu. Rasa yang terlahir untukmu memang berawal dari pisau dalam hati. Apakah itu mengartikan kamu adalah pelarianku? Aku hanya percaya bahwa kehidupan kita hari ini adalah hari kemarin yang telah berlalu.

Awalnya kupikir gelap akan menyinariku setelah cahaya direnggut bersama kepergiannya. Lantas zombie mungkin lebih tepat mendeskripsikan tentang siapa aku. Hidup dalam kenyataan yang tak pernah terpikirkan. Yang tak dapat kuterima, kehampaan. Dia pergi karena aku tidak berhasil menahannya lebih lama. Dia pergi karena diriku.

Dia yang selalu menuntunku, memastikanku menaruh diri dengan tepat pada sang waktu. Kemudiaan yang kusukai sekarang adalah melawan arah. Mengakhiri hari saat semua orang memulai hari barunya, bahwa merokok itu perang setidaknya menenangkan diri bisa dijadikan sisi positif, kebanyakan konsumsi kopi alasan dibalik keluh kesah jari jemari menguping irama jantung. Penghilangan akal sehat masal; hal yang paling dibencinya untuk kulakukan. Tidak untuk saat ini sebagai jawaban atas kepergiannya.

Seekor elang tua bertahan hidup dan mampu hidup 30 tahun lebih lama dengan menjalani proses yang sangat menyakitkan selama 150 hari. Proses ini mengharuskan ia terbang ke atas puncak gunung yang tinggi untuk memulai  proses perubahan. Pertama-tama, elang harus menghantamkan paruhnya berkali-kali pada batu sampai terlepas dari mulutnya. Setelah paruhnya terlepas, sang elang harus menunggu sampai paruh barunya tumbuh kembali. Proses kedua, sang elang juga harus mencabut cakarnya yang menua untuk membiarkan tumbuhnya cakar yang baru. Proses terakhir adalah mencabut satu per satu bulu di sekujur tubuhnya.

Persamaannya adalah aku dan elang tua sama-sama menghukum diri. Tujuan positif untuk elang tua dan tidak bagiku. Menaruh diri dekat garis kematian bagai cahaya pemberi tawa membiasi hari demi hari. Satu yang kuyakini, menghukum diriku sendiri sama dengan menghukumnya.

Waktu berlalu.... entah kenapa keempat kalinya terbius kembali menjadi manusia berperasaan, yang pasti salah satu foto instagrammu adalah bagaimana aku meniduri sang waktu.  Hari kemarin dengan segala lika-likunya yang terlupakan oleh indah senyummu di foto itu. Kamu lain dari yang lain, rasa penasaran yang kian gejolak menjelmakanku seperti pasukan khusus dengan jurus senyapnya secepat kilat segala tentangmu dalam memoriku; stalking dan kepo.

Semuanya terasa seperti awal semula. Dan kembali, mulai mengenal sang waktu. Aku tahu kapan waktunya tidur agar aku bisa melihat kamu jatuh cinta padaku. Merasakan kecupan manis bibirmu pembuka hari baru bersama mentari. Meskipun perubahan sekecil itu umumnya dikenal lebih menyakitkan, dalam diam aku hanya bisa menikmatinya.

(Aku salah menghukum diriku sendiri. Dan hukuman hanya berlaku bagi siapa yang mengakui kejahatannya. Itulah dimana gelap kubiarkan menyinariku.) Aku sadar butanya cinta bukanlah kepada seseorang yang mengeluarkanmu dari zona nyaman untuk sesuatu yang tak kita sadari bukan hanya membunuh mimpi tapi juga membunuh diri kita. Butanya cinta adalah dimana seseorang membuat kita rela melampaui diri untuk perubahan positif.
Sisi lainnya karena perubahan besar kuyakini bisa membuyarkan kenikmatan. Sadar akan kodrat wanita jelita khususnya dirimu sudah pasti terikat dengan orang lain. Pun kebenarannya begitu. Juga oleh karena satu-satunya kebenaran adalah sebuah fakta. Yang walaupun kunyatakan tak lebih dari sekedar opini bagimu.  Mengingat aku hanyalah teman lamamu, dan kamu bermil-mil jauhnya disana. Tak sedikitpun aku berani nyalakan tanda yang akan membuatmu menjadi tahu.

Sebuah kebingungan mendalam memucuk di kemudian waktu. Perasaan itu tumbuh kembang tak lekang oleh waktu. Bunga-bunga adalah nama untuk hariku dan mekarnya lukisan raut wajahku. Sesuatu yang dulu pernah kugeluti bersemi kembali setelah sekian lama tak kusadar lenyap saat bersama dia. Bukan hanya alasan rasa yang teraksarakan, engkau adalah penghubung antara satu dengan kata lainnya. Tanda tanya untuk setiap jawaban dan engkau menari di setiap huruf-huruf tersusun, khiasan di setiap baitnya. Tidak hanya membimbingku menuju terang tapi juga menghidupkan hidupku. Lekas keluar dari zombie beku menopengi diriku. Namun ada awal dan ada akhir dalam hidup. Apa yang menjadi jawaban adalah akhirnya. Apakah aku dan perasaan ini adalah cinta. Ataukah aku yang bermain hati? aku percaya bersama sang waktu jawaban akan datang. Karena hari esok adalah jawaban untuk semua pertanyaan di hari ini.

Engkau hadir merubah segalanya. Menghapus kehampaan dengan kesesakan. Kamu yang selalu mengisi ruang pikiran dan relung jiwa. Kamu  adalah  terang  dalam  gelapku.  Aku memilih untuk diam dan memperhatikanmu dari kejauhan, walaupun lewat sosmed semua itu terasa indah dan berarti. Susah untuk mengingat kamu yang dulu, lekas lewat foto-fotomu kuhidupkan kita dalam mimpi ataupun khayalan semata dimana aku bisa merancang luar biasanya masa depan aku, kamu adalah kita.
Akhirnya semua ini kembali menjadi tameng untuk tiga kata “I love you,” terus mencintaimu dalam diam, terus bermain hati.

Kadang gelap berbisik bahwa kita telah berada dalam zona yang salah. Hingga dalam kehampaan sesuatu mendatangi kita, pembimbing menuju hidup yang harus dihidupkan dari kematiannya. Kamu akan tersadar jatuh dalam cinta yang salah bukan di saat kamu dalam kematian, tapi setelah kamu bangkit.

Gelap akan membawamu kembali dalam terang. And light will guide you home.



Special thanks to Enu Shefye
#Berdasarkan kisah nyata.
#Teruntuk seseorang yang berinisial .M.
#from “change or die” dalam buku “CHAMP!ONS” karya Darmadi Darmawangsa

SURAT UNTUK MARVIN


Dear Marvin,
 
SURAT UNTUK MARVIN
@marlin_gat  photo
Saat cinta datang; pemberi arti hidup, mengajarkan tentang kebahagiaan. Yang walaupun akhirnya kebahagiaan itu pula yang mengajarkan kita akan sebuah kehilangan, belajar untuk mengikhlaskan.

Dan detak waktu yang terus melaju kian rancak, mengharuskan kita untuk bangkit dari kehampaan, agar terus melangkah menjalani hidup.


Mulai mencari keindahan lain dari keping-keping hati yang tersisa, menyatukannya kembali walau harus merasakan sakit atas bekas-bekas lukanya yang belum sembuh total. Jikalau semuanya sudah menyatu dan kering, kadang sebuah rasa gatal timbul dari bekas luka-luka itu merayu hingga diri tak tahan menggaruknya.

Sekalipun tahu memberi garukan akan membuat ketagihan. Itu mengingatkan kita pada semua momen-momen indah yang terlewati terngiang meliliti kepala, sekali menaruh lamunan oleh karenannya itu akan melahirkan kesakitan yang baru. Hingga pada suatu saat yang tak bisa ditentukan kamu akan bilang “Setiap detak tetesannya adalah sebuah air terjun namun tercipta oleh karena keindahan yang memudar. 

Tangisanku bukan karena kehilanganmu tapi karena kenangan-kenangan indah yang kita lewati juga membunuh sekian banyak mimpi dan asa yang pernah kita bangun bersama dan jika kamu bertanya kemana hati ini akan melangkah aku hanya bisa menjawab, aku rapuh, hatiku enggan memulai mimpi yang baru.”

Satu yang kupetik dari semuanya bahwa kamu hadir mengisi kehampaan yang ada dalam diriku yang membuatku berdiri kokoh karena kamu tepat di sampingku.

Saat hatimu dan hati ini jatuh, mereka menyatu dalam satu cinta. Kemudian membara mengharuskan jiwa kita saling terkoneksi. Dan ya, kita seringkali merasakannya. Saat rintih dalam kesunyian malam terdekap oleh dinginnya, jiwamu terasa disampingku memelukku erat lewat sepoi angin yang berbisik manja menggelitik membawaku terlelap.

Kita bahkan tak berhenti sampai disitu. Disetiap pertemuan yang susah kita rangkaikan, kita ciptakan sesuatu sebagai pengikat rasa dan raga atas asa dan mimpi, hingga jarak itu mulai terasa, desahan-desahan penyejuk derai tetesan keringat yang menggambarkan seluruh perjuangan cinta kita.


Kamu pernah bilang bahwa kamu mencintaiku melebihi cinta bagi dirimu sendiri, bahkan kamu bilang aku adalah segalanya bagimu. Setelah kamu jauh semuanya kembali sekedar kata dan kata yang kamu rangkaikan. Dan selebihnya kamu bilang bahwa kamu tidak akan menyapaku sekalipun jikalau cintamu rapuh untukku, dan itu semakin menguatkanku karena saat itu kamu tepat disampingku.

Dan sekarang berubah, menyadarkanku bahwa dihatimu tak ada sedikit cintapun yang tersisa untukku. Bahkan aku tidak pernah menyangka ini akan terjadi. Semuanya berlalu begitu saja. Alasan kita bertengkar pun kutak tahu.

..................................................................................................................................................................
Special thanks to:  Edo Gerard, Marlin Gat