SURAT UNTUK MARVIN


Dear Marvin,
 
SURAT UNTUK MARVIN
@marlin_gat  photo
Saat cinta datang; pemberi arti hidup, mengajarkan tentang kebahagiaan. Yang walaupun akhirnya kebahagiaan itu pula yang mengajarkan kita akan sebuah kehilangan, belajar untuk mengikhlaskan.

Dan detak waktu yang terus melaju kian rancak, mengharuskan kita untuk bangkit dari kehampaan, agar terus melangkah menjalani hidup.


Mulai mencari keindahan lain dari keping-keping hati yang tersisa, menyatukannya kembali walau harus merasakan sakit atas bekas-bekas lukanya yang belum sembuh total. Jikalau semuanya sudah menyatu dan kering, kadang sebuah rasa gatal timbul dari bekas luka-luka itu merayu hingga diri tak tahan menggaruknya.

Sekalipun tahu memberi garukan akan membuat ketagihan. Itu mengingatkan kita pada semua momen-momen indah yang terlewati terngiang meliliti kepala, sekali menaruh lamunan oleh karenannya itu akan melahirkan kesakitan yang baru. Hingga pada suatu saat yang tak bisa ditentukan kamu akan bilang “Setiap detak tetesannya adalah sebuah air terjun namun tercipta oleh karena keindahan yang memudar. 

Tangisanku bukan karena kehilanganmu tapi karena kenangan-kenangan indah yang kita lewati juga membunuh sekian banyak mimpi dan asa yang pernah kita bangun bersama dan jika kamu bertanya kemana hati ini akan melangkah aku hanya bisa menjawab, aku rapuh, hatiku enggan memulai mimpi yang baru.”

Satu yang kupetik dari semuanya bahwa kamu hadir mengisi kehampaan yang ada dalam diriku yang membuatku berdiri kokoh karena kamu tepat di sampingku.

Saat hatimu dan hati ini jatuh, mereka menyatu dalam satu cinta. Kemudian membara mengharuskan jiwa kita saling terkoneksi. Dan ya, kita seringkali merasakannya. Saat rintih dalam kesunyian malam terdekap oleh dinginnya, jiwamu terasa disampingku memelukku erat lewat sepoi angin yang berbisik manja menggelitik membawaku terlelap.

Kita bahkan tak berhenti sampai disitu. Disetiap pertemuan yang susah kita rangkaikan, kita ciptakan sesuatu sebagai pengikat rasa dan raga atas asa dan mimpi, hingga jarak itu mulai terasa, desahan-desahan penyejuk derai tetesan keringat yang menggambarkan seluruh perjuangan cinta kita.


Kamu pernah bilang bahwa kamu mencintaiku melebihi cinta bagi dirimu sendiri, bahkan kamu bilang aku adalah segalanya bagimu. Setelah kamu jauh semuanya kembali sekedar kata dan kata yang kamu rangkaikan. Dan selebihnya kamu bilang bahwa kamu tidak akan menyapaku sekalipun jikalau cintamu rapuh untukku, dan itu semakin menguatkanku karena saat itu kamu tepat disampingku.

Dan sekarang berubah, menyadarkanku bahwa dihatimu tak ada sedikit cintapun yang tersisa untukku. Bahkan aku tidak pernah menyangka ini akan terjadi. Semuanya berlalu begitu saja. Alasan kita bertengkar pun kutak tahu.

..................................................................................................................................................................
Special thanks to:  Edo Gerard, Marlin Gat