CINTA DALAM DIAM

Cerpen cinta dalam diam terang dalam gelap
Shefye || foto via facebook

CINTA DALAM DIAM

Prolog: Kehadiran cinta adalah sesuatu yang tidak bisa diperkirakan. Kapan dan kepada siapa kita jatuh hati, kita tidak bisa menentukannya. Entah kenapa hati ini menjadikanmu tempatnya berlabuh, dia telah menghempaskan ribuan mil di antara kita. Meski kenyataan tidak mendukung, namun hati terus menuntun. Mencintaimu dari kejauhan. Mencintaimu dalam diam.  


Ep I:  Terang Dalam Gelap

Telah ribuan yang kutuliskan, dan dari kesemuanya adalah tameng persembunyian untuk tiga kata yang tak pernah teruraikan. I love you. Bahwa aku telah begitu banyak menulis sesuatu yang begitu menyakitkan di masa lalu. Sesuatu yang membawaku pada dirimu. Rasa yang terlahir untukmu memang berawal dari pisau dalam hati. Apakah itu mengartikan kamu adalah pelarianku? Aku hanya percaya bahwa kehidupan kita hari ini adalah hari kemarin yang telah berlalu.

Awalnya kupikir gelap akan menyinariku setelah cahaya direnggut bersama kepergiannya. Lantas zombie mungkin lebih tepat mendeskripsikan tentang siapa aku. Hidup dalam kenyataan yang tak pernah terpikirkan. Yang tak dapat kuterima, kehampaan. Dia pergi karena aku tidak berhasil menahannya lebih lama. Dia pergi karena diriku.

Dia yang selalu menuntunku, memastikanku menaruh diri dengan tepat pada sang waktu. Kemudiaan yang kusukai sekarang adalah melawan arah. Mengakhiri hari saat semua orang memulai hari barunya, bahwa merokok itu perang setidaknya menenangkan diri bisa dijadikan sisi positif, kebanyakan konsumsi kopi alasan dibalik keluh kesah jari jemari menguping irama jantung. Penghilangan akal sehat masal; hal yang paling dibencinya untuk kulakukan. Tidak untuk saat ini sebagai jawaban atas kepergiannya.

Seekor elang tua bertahan hidup dan mampu hidup 30 tahun lebih lama dengan menjalani proses yang sangat menyakitkan selama 150 hari. Proses ini mengharuskan ia terbang ke atas puncak gunung yang tinggi untuk memulai  proses perubahan. Pertama-tama, elang harus menghantamkan paruhnya berkali-kali pada batu sampai terlepas dari mulutnya. Setelah paruhnya terlepas, sang elang harus menunggu sampai paruh barunya tumbuh kembali. Proses kedua, sang elang juga harus mencabut cakarnya yang menua untuk membiarkan tumbuhnya cakar yang baru. Proses terakhir adalah mencabut satu per satu bulu di sekujur tubuhnya.

Persamaannya adalah aku dan elang tua sama-sama menghukum diri. Tujuan positif untuk elang tua dan tidak bagiku. Menaruh diri dekat garis kematian bagai cahaya pemberi tawa membiasi hari demi hari. Satu yang kuyakini, menghukum diriku sendiri sama dengan menghukumnya.

Waktu berlalu.... entah kenapa keempat kalinya terbius kembali menjadi manusia berperasaan, yang pasti salah satu foto instagrammu adalah bagaimana aku meniduri sang waktu.  Hari kemarin dengan segala lika-likunya yang terlupakan oleh indah senyummu di foto itu. Kamu lain dari yang lain, rasa penasaran yang kian gejolak menjelmakanku seperti pasukan khusus dengan jurus senyapnya secepat kilat segala tentangmu dalam memoriku; stalking dan kepo.

Semuanya terasa seperti awal semula. Dan kembali, mulai mengenal sang waktu. Aku tahu kapan waktunya tidur agar aku bisa melihat kamu jatuh cinta padaku. Merasakan kecupan manis bibirmu pembuka hari baru bersama mentari. Meskipun perubahan sekecil itu umumnya dikenal lebih menyakitkan, dalam diam aku hanya bisa menikmatinya.

(Aku salah menghukum diriku sendiri. Dan hukuman hanya berlaku bagi siapa yang mengakui kejahatannya. Itulah dimana gelap kubiarkan menyinariku.) Aku sadar butanya cinta bukanlah kepada seseorang yang mengeluarkanmu dari zona nyaman untuk sesuatu yang tak kita sadari bukan hanya membunuh mimpi tapi juga membunuh diri kita. Butanya cinta adalah dimana seseorang membuat kita rela melampaui diri untuk perubahan positif.
Sisi lainnya karena perubahan besar kuyakini bisa membuyarkan kenikmatan. Sadar akan kodrat wanita jelita khususnya dirimu sudah pasti terikat dengan orang lain. Pun kebenarannya begitu. Juga oleh karena satu-satunya kebenaran adalah sebuah fakta. Yang walaupun kunyatakan tak lebih dari sekedar opini bagimu.  Mengingat aku hanyalah teman lamamu, dan kamu bermil-mil jauhnya disana. Tak sedikitpun aku berani nyalakan tanda yang akan membuatmu menjadi tahu.

Sebuah kebingungan mendalam memucuk di kemudian waktu. Perasaan itu tumbuh kembang tak lekang oleh waktu. Bunga-bunga adalah nama untuk hariku dan mekarnya lukisan raut wajahku. Sesuatu yang dulu pernah kugeluti bersemi kembali setelah sekian lama tak kusadar lenyap saat bersama dia. Bukan hanya alasan rasa yang teraksarakan, engkau adalah penghubung antara satu dengan kata lainnya. Tanda tanya untuk setiap jawaban dan engkau menari di setiap huruf-huruf tersusun, khiasan di setiap baitnya. Tidak hanya membimbingku menuju terang tapi juga menghidupkan hidupku. Lekas keluar dari zombie beku menopengi diriku. Namun ada awal dan ada akhir dalam hidup. Apa yang menjadi jawaban adalah akhirnya. Apakah aku dan perasaan ini adalah cinta. Ataukah aku yang bermain hati? aku percaya bersama sang waktu jawaban akan datang. Karena hari esok adalah jawaban untuk semua pertanyaan di hari ini.

Engkau hadir merubah segalanya. Menghapus kehampaan dengan kesesakan. Kamu yang selalu mengisi ruang pikiran dan relung jiwa. Kamu  adalah  terang  dalam  gelapku.  Aku memilih untuk diam dan memperhatikanmu dari kejauhan, walaupun lewat sosmed semua itu terasa indah dan berarti. Susah untuk mengingat kamu yang dulu, lekas lewat foto-fotomu kuhidupkan kita dalam mimpi ataupun khayalan semata dimana aku bisa merancang luar biasanya masa depan aku, kamu adalah kita.
Akhirnya semua ini kembali menjadi tameng untuk tiga kata “I love you,” terus mencintaimu dalam diam, terus bermain hati.

Kadang gelap berbisik bahwa kita telah berada dalam zona yang salah. Hingga dalam kehampaan sesuatu mendatangi kita, pembimbing menuju hidup yang harus dihidupkan dari kematiannya. Kamu akan tersadar jatuh dalam cinta yang salah bukan di saat kamu dalam kematian, tapi setelah kamu bangkit.

Gelap akan membawamu kembali dalam terang. And light will guide you home.



Special thanks to Enu Shefye
#Berdasarkan kisah nyata.
#Teruntuk seseorang yang berinisial .M.
#from “change or die” dalam buku “CHAMP!ONS” karya Darmadi Darmawangsa

SURAT UNTUK MARVIN


Dear Marvin,
 
SURAT UNTUK MARVIN
@marlin_gat  photo
Saat cinta datang; pemberi arti hidup, mengajarkan tentang kebahagiaan. Yang walaupun akhirnya kebahagiaan itu pula yang mengajarkan kita akan sebuah kehilangan, belajar untuk mengikhlaskan.

Dan detak waktu yang terus melaju kian rancak, mengharuskan kita untuk bangkit dari kehampaan, agar terus melangkah menjalani hidup.


Mulai mencari keindahan lain dari keping-keping hati yang tersisa, menyatukannya kembali walau harus merasakan sakit atas bekas-bekas lukanya yang belum sembuh total. Jikalau semuanya sudah menyatu dan kering, kadang sebuah rasa gatal timbul dari bekas luka-luka itu merayu hingga diri tak tahan menggaruknya.

Sekalipun tahu memberi garukan akan membuat ketagihan. Itu mengingatkan kita pada semua momen-momen indah yang terlewati terngiang meliliti kepala, sekali menaruh lamunan oleh karenannya itu akan melahirkan kesakitan yang baru. Hingga pada suatu saat yang tak bisa ditentukan kamu akan bilang “Setiap detak tetesannya adalah sebuah air terjun namun tercipta oleh karena keindahan yang memudar. 

Tangisanku bukan karena kehilanganmu tapi karena kenangan-kenangan indah yang kita lewati juga membunuh sekian banyak mimpi dan asa yang pernah kita bangun bersama dan jika kamu bertanya kemana hati ini akan melangkah aku hanya bisa menjawab, aku rapuh, hatiku enggan memulai mimpi yang baru.”

Satu yang kupetik dari semuanya bahwa kamu hadir mengisi kehampaan yang ada dalam diriku yang membuatku berdiri kokoh karena kamu tepat di sampingku.

Saat hatimu dan hati ini jatuh, mereka menyatu dalam satu cinta. Kemudian membara mengharuskan jiwa kita saling terkoneksi. Dan ya, kita seringkali merasakannya. Saat rintih dalam kesunyian malam terdekap oleh dinginnya, jiwamu terasa disampingku memelukku erat lewat sepoi angin yang berbisik manja menggelitik membawaku terlelap.

Kita bahkan tak berhenti sampai disitu. Disetiap pertemuan yang susah kita rangkaikan, kita ciptakan sesuatu sebagai pengikat rasa dan raga atas asa dan mimpi, hingga jarak itu mulai terasa, desahan-desahan penyejuk derai tetesan keringat yang menggambarkan seluruh perjuangan cinta kita.


Kamu pernah bilang bahwa kamu mencintaiku melebihi cinta bagi dirimu sendiri, bahkan kamu bilang aku adalah segalanya bagimu. Setelah kamu jauh semuanya kembali sekedar kata dan kata yang kamu rangkaikan. Dan selebihnya kamu bilang bahwa kamu tidak akan menyapaku sekalipun jikalau cintamu rapuh untukku, dan itu semakin menguatkanku karena saat itu kamu tepat disampingku.

Dan sekarang berubah, menyadarkanku bahwa dihatimu tak ada sedikit cintapun yang tersisa untukku. Bahkan aku tidak pernah menyangka ini akan terjadi. Semuanya berlalu begitu saja. Alasan kita bertengkar pun kutak tahu.

..................................................................................................................................................................
Special thanks to:  Edo Gerard, Marlin Gat

DON'T GIVE UP

Belajar  dari  Mr. Karjen
from: Champ!on,  Darmadi  Darwangsa.


Artikel  ini  adalah 

sebuah  kisah  nyata  seorang  mahasiswa 

dengan  sikap  pantang  menyerahnya  yang  tinggi.



 
Setiap  orang  memiliki  jalan  hidup  sendiri  dan  yang  pastinya  bagaikan  musim  yang  selalu  berganti;  kadang  menang  dan  kadang  kalah.

Saya  sendiri  pernah  mengalami  berbagai  kekalahan  juga  kemenangan.  Pernah  mengalami  kehilangan  sebuah  laptop  milik  sepupuku  dimana  saya  menyalurkan  segala  tenaga  agar  dapat  mendapatan  laptop baru  untuk  menggantikan  laptop sepupuku  yang hilang itu,  sedangkan  semua  kewajibanku  terabaikan  dan  kubiarkan  saja.

Dan  yang  paling  merasa  hidupnya  kalah  dan tamat  adalah  kakak  sepupu  jauhku,  Karjen,  yang  seharusnya  sekarang  sudah  berprofesi  guru  namun  mimpinya  seakan  mati  setelah  keberadaan  kampus  (salah  satu  uneversitas  di provinsi  Nusa  Tenggara  Timur)  dimana  ia  menempuh  pendidikan  tingginya  dinyatakan  tidak  diakui  oleh  pemerintah  pusat  atau statusnya  dinonaktifkan.

Lalu  apa  yang  terjadi  sama  Karjen?  Dia  mengalami  stress  dan  depresi  hebat,  hingga pada  suatu  hari  dia  memutuskan  untuk  menyerah...  ia  berhenti  berharap  masalah  kampusnya  akan  segera  diatasi,  dan  mulai  memalingkan  mukanya  dari  Tuhan.



Baca juga:  MANUSIA  TERLAHIR  SEBAGAI  MENANG


Ia  bahkan  berpikir  untuk  mengakhiri  hidupnya.  Sambil  berjalan  ke  dalam  hutan  yang  rimbun  untuk  merenungi  nasibnya,  menghakimi  dirinya  salah;  bahwa  kalau  saja  dulunya  ia  tidak  mengikuti  keinginan  orangtuanya  untuk  kuliah  di  kampus  tersebut  mungkin  saja  ia  tidak  akan  mengalami  tragis  nasibnya,  ia  mengeluh  kepada  sang  pencipta.

Ia  berkata,  "Tuhan  dapatkah  Engkau  memberi  aku  satu  alasan  kuat  sebelum  aku  mengakhiri  hidupku?"

Suara  Tuhan  menjawab,  "Apakah  engkau  melihat  sekeliling  tanaman  dan  pohon-pohon  bambu  itu?"  "Ya,"  jawab  Karjen.

Sang  pencipta  berkata,  "Ketika  Saya  menanam  benih  tanaman  dan  bambu,  Saya  sangat  memperhatikan  mereka.  Saya  memerintahkan  sang  surya  untuk  menyinari  dan  awan  untuk  memberikan  hujan  yang  cukup.  Tanaman  hijau  lainnya  tumbuh  dengan  pesat  memadati  hutan  namun  tidak  ada  yang  tumbuhan  dari  benih  yang  ditanam,  namun  Saya  tidak  menyerah.  Pada  tahun  kedua  tanaman  hijau  tetap  tumbuh  dengan  suburnya,  namun  sekali  lagi  benih  bambu  tidak  bertumbuh.  Namun  sekali  lagi  Saya  tidak  menyerah.  Pada  tahun  ketiga  dan  keempat  hal  yang  sama  terjadi,  namun  Saya   tetap  tidak  menyerah.

Namun  suatu  kejadian  muncul  pada  tahun  kelima,  benih  bambu  mulai  muncul  dari  permukaan  tanah,  jika  dibandingkan  dengan  tumbuhan  hijau  lainnya,  pertumbuhan  ini  sangat  kecil  dan  tidak  berarti.  Tapi  tunggu...  enam  minggu  kemudian,  pohon  bambu  telah  berdiri  tinggi  menjulang  lebih  dari  30  meter.  Ternyata  lima  tahun  sang  benih  bambu  tumbuh  ke  bawah  dengan  memperkuat  akarnya,  untuk  mempersiapkan  suatu  pertumbuhan  yang  besar  diperlukan  akar  yang  kuat.

Demikian  juga  dengan  kemalangan  dan  kegagalan  yang  kamu  alami  selama  ini,  hal  tersebut  bermaksud  mempersiapkan  dirimu  untuk  bertumbuh.  Sebagai  sang  pencipta,  Saya  tidak  akan  berhenti  berkarya  terhadap  pohon  bambu,  apalagi  terhadap  kamu.  Jangan  membandingkan  dirimu  dengan  orang  lain,  masing-masing  orang  di  dunia  ini  berbeda  tujuannya,  waktunya  akan  tiba  ketika  kamu  akan  bertumbuh.


Segera  setelah  apa  yang  didapatkannya  di  hutan  itu,  Ia  menyadari  bahwa  dirinya  telah  mengalami  berbagai  kegagalan;  merasa  dikhianati  dan  ditipu  oleh  pihak  kampus,  terbelenggu  akan  pengharapan  yang  tidak  pasti.  Karjen  menyesali  keputusannya  yang sempat  ia  buat  di  tiga  tahun  silam  namun  ia  urungkan.  Sebuah  keputusan  dimana  ia  jalankan  saat  ini.

Di  tiga  tahun  silam  berita  tentang kegaduhan  kampusnya  menguak  ke  segala  penjuru  dan  menggugah  hatinya  untuk  segera  melanjutkan  kuliahnya  ke  Jakarta.

Namun  ia berpikir  jika  melanjutkan  kuliahnya  ke  kampus/universitas  lain  dimanapun  itu  mungkin  ia  akan  mulai  lagi  dari  semester  enam  mengingat  setiap  kampus/univerrsitas  memiliki  beberapa  mata  kuliah  yang  berbeda.  Dan  ia  terlalu  tua  untuk  memulai  dari  bawah  lagi  sedangkan  dirinya  tinggal  menungggu  waktu  untuk  sidang  skripsinya.  Hingga  keputusan  yang  ia ambil  di  tiga  tahun silam  yaitu  berharap  dan menunggu  keputusan  Ditjen  Pendidikan  untuk  mensyahkan  keberadaan  kampusnya  tidak  kunjung  terealisasikan.  Imbas  dari  semua  harapan  yang  tak  kunjung  terjadi  itu adalah  Karjen  yang  mulai  stress,  depresi,  menyerah,  bahkan  ingin  bunuuh  diri.

Dalam  kehidupan  kita  sering  deperhadapkan  dengan  hal-hal  yang  penuh  kekecewaan  dan  kegagalan,  dan hal-hal  ini  sering  membatasi  pandangan  kita  terhadap  kesuksesan  yang  sebentar  lagi  kita  raih.  Thomas  Edison  bahkan  mengingatkan  bahwa  kelemahan  terbesar  dari  diri  kita  adalah  ketika  kita  menyerah,  dan  cara  yang  paling  pasti  untuk  meraih  kesuksesan  adalah  dengan  mencoba  sekali  lagi.


MOTIVASI KEHIDUPAN JANGAN JADI PERFEKSIONIS


Satu  yang  ia  petik  dari  semuanya  bahwa  mengingat  masa  lalu  yang  begitu  pilu  hanyalah  sebuah  pelajaran  dan  sukses  tidak  akan  didapatkan  dengan  merenunginya  secara  terus  menerus  karena  itu  tidak  akan  terulang  lagi.  Bukan  pula  dengan  membayangi  masa  depan  karena  masa  depan  tidak  akan  diraih  sebelum  waktunya.  


Sukses  adalah  bagaimana  kita  menempatkan  diri  kita  pada  waktu  yang  tepat.  "Aku  mungkin  terlalu  tua  untuk  memulainya  dari  awal.  Aku  bagai  elang  yang  berumur  empat  puluh  tahun  yang  dimana  paruhnya  sudah  tidak  mampu  lagi  menangkap  mangsa  karena  kepanjangan  dan  bengkok  ke dalam  hingga  hampir  menyentuh  ke  dada,  juga  cakarnya  yang  menua  mengakibatkan  suit  mencangkram  mangsa.  Agar  tidak  mati  kelaparan  elang  itu  harus  menghantamkan  paruhnya  berkai-kali  pada  batu  sampai  terlepas  dari  mulutnya   kemudian  mencabut  cakar-cakarnya  yang  menua  demi  tumbuhnya  cakar-cakar  yang  baru.  Menyakitkan  tapi  demi  bertahan  hidup."  

Akhirnya  Karjen  memutuskan  terbang  ke  Jakarta  untuk  meneruskan  kuliahnya  di  salah  satu  Universitas  swasta  di  sana.  Walaupun  terasa  berat  untuk  memulai  semuanya  dari  awal  lagi  setidaknya  suatu  saat  ketika  dia  lulus  perjuangan  panjang  dengan  berbagai  kisah  pilunya  diakui  oleh  dunia.


 

Darmadi  Darwangsa dalam  bukunya  Champ!on  kembali  mengingatkan bahwa  sikap  menyalahkan  diri  sendiri ataupun  orang  lain  atau  juga  sesuatu  yang  berada  di  luar  kontrol  kita  adalah  sikap  yang  dapat  menghentikan  laju  kesuksesan  kita  bahkan  bisa  mengarahkan  kita  kepada  sesuatu  yang  tidak  seharusnya  untuk  semua  orang  lakukan.






 
Sekali  lagi  Karjen  dalam  cerita  di  atas  yang  terus  menyalahkan  dirinya  bahkan  orangtuanya   menjadikan  dirinya  depresi  dan stres  hingga  mencoba  untuk  bunuh  diri.  Mencari  kambing  hitam  atas  kegagalan  kita  adalah  cara  mudah  untuk  menghindari  tanggung  jawab  menyelesaikan  tantangan  dalam  kehidupan  kita.

Jika  bunuh  diri  adalah  satu-satunya  pilihan   Karjen  di  tiga  tahun  silam  maka  ia  akan  bebas  dari  tantangannya.  Namun  mati  bukanlah  persoalan,  hidup  yang  menjadi  persoalan.  Dan  kita  hidup bukan  di  surga,  kita  hidup  di dunia  dan  ada  masalah  di  dalamnya.  Lelaki  macam  apa  yang  tidak  mampu  menyelesaikan  masalah  dunia  apalagi  masalah  dirinya sendiri?  Berhentilah  mencari  alasan  atas  kegagalan  anda.

Segala  sesuatu  yang  menjebakmu  dalam  sebuah  tantangan,  apapun  yang  kamu  lakukan,  jangan  salahkan  dirimu,  salahkanlah  pada  hujan.  Belajarlah  dari  benih  bambu  pada  cerita  di  atas,  semakin  lama  ia  tumbuh  maka  semakin  dalam  ia  mengakar.  Semakin  banyak  tantangan  yang  kamu  hadapi,  semakin  matang  dirimu  untuk  menghadapi  dunia  dan  dengan  mudah  anda  akan  memetik  sebuah  kesuksessan.  Tumbuhkan  sikap  pantang  menyerah  dalam  dirimu.

Sebuah  keputusan  hebat  seorang  Karjen  hingga  sekarang  perkuliahannya  lancar  dan  dua  semester  lagi  dia  akan  wisuda.

Tips:  untuk  memotivasi  diri  anda  lebih  dalam  lagi,  belilah  bukunya.  Sebuah  buku  101 Tips Motivasi dan Inspirasi Sukses:  CHAMP!ON. Karya  Darmadi Darmawangsa.


#never ever give up
Special thanks to:  Didimus  Karjen

BALADA PILU

cerpen sedih menyayat hati tentang kehilangan seorang ibu

balada pilu
Mengapa hidup dengan kejam membiarkan aku menjumpai perpisahan yang paling kutakutkan saat ini?














Sang fajar merangkak dari tempat peraduan yang membiaskan kehangatan di setiap cahayanya. Aku terbangun dari tidurku lalu berdoa dan mensyukuri hari baru ini. Setelah mandi aku diminta mama untuk memasak bubur ayam kesukaannya. Sejenak aku bahagia karena aku berpikir bahwa mama telah melupakan pertengkaranku dengannya sore kemarin. Dari wajahnya tak tergambar sedikitpun marah atau kecewa. Aku lalu memberanikan diriku untuk meminta maaf  padanya. Ia tersenyum lalu mengecup keningku. Legah dan bahagia menyelimutiku.

“inilah hari terakhir kau memanggilku mama....” katanya sambil menghabiskan sisa bubur ayam yang kuhidangkan.

Aku terperanjat dalam keheningan. Kecewa, marah, sakit hati dan takut. Dalam kehancuran aku melangkah menuju sekolah. Sejenak semuanya berubah. Ada kekalutan menyeringai di hatiku yang memaksaku untuk menangis.

Adakah aku tak bisa dimaafkan lagi hanya karena pikiranku yang membatu yang membuatku menentang ingin mama untuk melanjutkan kuliah di Jakarta? Tak banyak yang ku tahu di luar sana, tak banyak bekalku untuk perjalanan yang jauh. Sedang kata mereka kota itu kejam. Kekuatan apa yang ada padaku? Aku mencintai tanah asalku ini. Mengapa harus pergi jauh jika di sini masih ada tempat buatku? Flores menyajikan banyak hal indah untukku, semua yang tak mungkin bisa hilang dari jiwaku. Mama dan Opa adalah salah satunya. Aku tak ingin jauh.

Lalu tentang mimpi dan harapan mereka atasku, sebenarnya tak ada yang salah. Aku membenarkan alasan mereka yang ingin menjadikan aku besar di tempat yang lebih besar dengan menjala tak hanya ilmu dan keterampilan tetapi juga cerita tentang perjalanan yang panjang, jauh dan berbeda untuk kubawa pulang sebagai kebanggan yang mungkin bisa kuteruskan untuk membangun tanah Floresku. Betapa inilah cita-cita besar mereka dan aku,.. ah kekhawatiranku atas keadaan merekalah yang membuatku urung. Aku hanya ingin di sini bersama mereka. Menemani dan menjaga mereka.

Sepanjang perjalanan menuju sekolah, batinku terus bergejolak. Ingin rasanya aku meneriakan rasa sakit ini pada langit yang memayungi pijak demi pijakku. Mengapa mama tak melihat kekhawatiranku atas dirinya dan Opa?

Aku masih membatin. Apalagi sampai saat ini aku masih belum tahu bagaimana hasil pemeriksaan darah mama kemarin di rumah sakit. Yah, seperti biasanya, aku selalu dianggap anak kecil yang tak boleh tahu dan mengerti maasalah-masalah orang tua termasuk sakit yang mereka derita. Kekecewaanku semakin bertambah mengingat hal itu.

Setibanya di sekolah, aku berusaha membuang jauh masalahku dan fokus pada ujian praktek olah raga sebagai salah satu mata pelajaran Ujian Akhir Sekolah. Bagaimanapun, sebentar lagi aku akan menghadapi kelulusan SMA. Ingin kusongsong prestasi yang baik di hari itu, untuk itulah aku harus tetap bersemangat.

Pukul 09.00 WIT, kepala sekolah memanggilku. “pentas Hari Guru”, pikirku. Aku bertugas menampilakan monolog di hari itu. 

“kamu harus sabar dan kuat.” Kepala sekolah mengingatkanku. Jantungku berdegup begitu kencang, seluruh tubuhku bergetar. Apa yang terjadi? Tanyaku tanpa suara waktu aku dihantar pulang ke rumah dan semua guru juga teman-temanku menatap aku penuh iba. Deru nafasku seperti menggerutu, angin berhembus bagai  balada pilu, bahkan nyaris tak ada kicauan burung yang menghibur aku.

Dari kejauhan, sayup-sayup terdengar nyanyian duka dan ratapan. Aku semakin tak karuan. Banyak orang berkumpul di halaman rumahku dan benar saja ketakutanku menjadi nyata.

Tangisku pecah waktu kudapati mama tak bernyawa di atas pembaringan. Kenyataan ini terlalu pahit bagiku. Mengapa hidup dengan kejam membiarkan aku menjumpai perpisahan yang paling kutakutkan saat ini?

Mama...
Tak ada kata lagi selain raunganku yang menggiring air mata dan pelukanku untuk mama. “inilah hari terakhir kau memanggilku mama” kalimat itu bak salam pisah paling keji yang  menari-nari di atas piluku. Sementara wajah mama membeku bersama senyumnya.






TENTANG PENULIS:

MOTIVASI HIDUP: JANGAN MENJADI PERFEKSIONIS

Artikel motivasi ini teruntuk kamu yang memiliki pandangan perfeksionisme tinggi. Menutupi kelemahan dengan berbagai cara biar terlihat perfect di mata si dia atau di mata orang banyak. Sekalipun kamu tidak dapat melakukannya, kamu tetap ngotot bahwa kamu bisa hingga kamu lupa bahwa kamu melakukan hal yang diluar batas kemampuanmu. Artikel ini juga sebenarnya merupakan pesan tersirat dari cerita ANGANKU BUKAN ANGANMU. Coba perhatikan cerita yang diambil dari buku CHAMP!ON di bawah ini.



Konon di sebuah sekolah pelatihan binatang pemula, seekor anjing kecil bangga dipuji setelah mampu meloncat tinggi menangkap tulang yang dilemparkan pelatihnya. Namun, ketika dia melihat burung melayang lebih tinggi dari sebuah tebing, sang anjing merasa marah dan iri. Oleh karena tidak mau kalah sang anjing pun  nekat melakukan apa yang burung itu lakukan. Sayang, ia lupa akan kodratnya bahwa selamanya anjing tidak dapat terbang  (CHAMP!ON,2009: 37).

Kamu terlalu sibuk memperkuat kelemahan-kelamahanmu dan kamu menutup diri pada kekuatanmu. Akan lebih efektif jika kamu meluangkan waktu dengan memperkuat kekuatanmu.

Mungkin pertanyaan yang seringkali muncul dalam diri kamu adalah akan apa yang diinginkan orang lain atau apa yang disukai oleh orang lain. Hasrat akan sesuatu tapi kamu tidak memiliki dasar sedikitpun untuk menggapainya, dan kamu mulai menjudge diri kamu lemah kemudian mulai menyalahkan diri kamu sendiri. Kamu menginginkannya tapi itu bukan bakatmu. Lalu kamu belajar, berusaha memilikinya. Suatu saat mungkin kamu akan berhasil, tapi kamu tidak akan menjadi ahli di bidang tersebut.

Sebaiknya jangan tanyakan apa yang diinginkan dunia, tapi renungkanlah apa yang bisa membuatmu bertahan hidup, apa yang menghidupkanmu. Yang dunia butuhkan adalah mereka yang memiliki ketahanan hidup.

Kita semua diciptakan Tuhan dengan maksud  dan potensi tertentu. Apa yang menjadi potensimu, kembangkanlah. Sebab itu adalah kekuatanmu yang bisa menghidupkanmu.

Dunia tidak membutuhkan orang dengan kemampuan rata-rata. Dunia mencari mereka yang ahli dalam bidangnya. Jika saat ini kamu memiliki potensi dengan nilai rata-rata maka kembangkanlah sebab di kemudian hari akan ada banyak orang berbondong-bondong mencarimu.

Orang tidak akan menjadi sukses jika hanya meniru orang lain untuk mengejar sesuatu yang bukan potensi terbaiknya dan malah melupakan apa yang ada pada dirinya. Sang Pencipta memberikan kepada setiap manusia ciptaanNya sebuah hadiah yang dibungkus rapi. Namun sayangnya, banyak orang yang tidak membukakan hadiah yang diberikanNya, malahan mereka mencari hadiah “lain” di luar sana. (CHAMP!ON, 38 2009)

Di saat kamu melihat seseorang dengan potensinya dan kamu lihat apa yang menjadi potensinya itu sangat luar biasa dan menarik, sekalipun orang lain mengakuinya dan membanding-bandingkan seseorang yang kamu lihat itu dengan dirimu bahkan mengejekmu, cukup bertanya dalam hatimu, siapa dirimu? Merasa iri boleh saja, tapi cukup jadikan itu sebagai acuan untuk memperkuat potensi yang kamu miliki.

Ada kalanya kamu menutup potensimu disebabkan oleh berbagai faktor. Saat menjalankannya kamu dihadapkan suatu tantangan. Kemudian di sekelilingmu memperlihatkan sesuatu yang baru dan menarik, membandingkannya dengan apa yang sedang kamu hadapi. Suara hati dan pikiranmu berbisik bahwa itu mudah dan menjadikan potensimu sesuatu yang tidak mungkin.

Adalah kamu yang sedang menggapai mimpimu lewat potensimu, ingatlah bahwa hanya sebuah mimpi yang besar yang dapat menebas batasan. Melangkahlah melebihi semua batasan.

Apakah kamu adalah seseorang yang hidup dengan mimpi kecilmu? Tertawalah, gelih kepada setiap rintangan yang datang. Berteriaklah, bahwa mimpimu lebih besar dari sebuah rintangan. Kalau mimpi itu kecil, maka pantas disebut angan. Janganlah menjadikan angan sebagai mimpimu. Karena angan bersifat inkonsisten yang kapan waktu bisa berubah. Hiduplah dengan mimpimu, jangan hidup dengan mimpi orang lan, dan jangan juga hidup dalam mimpi.

Bagaimana kamu bisa hidup dalam mimpimu? Hidupilah mimpimu dan jangan menghidupkan mimpi hanya disaat kamu tidur.

Lalu di saat mimpimu yang besar akan datang begitu banyak tawa dan candaan yang datang. Bukan untuk menghiburmu tapi sekedar mengingatkanmu untuk kembali ke zona nyaman. Mereka yang mengejekmu bahwa kamu tidak akan pernah berhasil menggapainya. Maka sebuah lagu yang akan disajikan sebuah cerita di bawah ini akan menjadi penghibur yang bisa membangkitkanmu.

Mereka selalu bilang bahwa kita tidak akan pernah berhasil. Melihat kita yang dikelabui angin kesepian. Melihat kita dirimbuni kangen yang tak kunjung terobati. Terbentang jarak. Godaan yang selalu datang berirama mengusik kesunyian. Tapi lihatlah, kita kuat, dan masih bersama sampai sekarang (Shania Twain: You’re still the one).

Seperti halnya kamu. Tantangan yang selalu datang, berbagai pilihan menggodamu hingga kamu melupakan siapa dirimu. Mengabaikan potensimu, menguburnya dalam kata tidak mungkin dan mencari potensi yang menurutmu menarik tapi bukan merupakan potensimu. Hidup memang pilihan. Hanya kamu yang memilih apa yang menjadi potensimulah yang akan bisa melangkah melewati batasan yang kamu sebut tidak mungkin.

Wright bersaudara memulai impiannya untuk menciptakan pesawat terbang pada tahun 1893. Semua orang yang mengetahui hal ini tertawa geli dan menganggap mereka gila karena sebelumnya mereka hanya bekerja sebagai tukang reparasi sepeda. Akan tetapi Wright bersaudara tidak patah semangat, mereka mencoba berbagai cara untuk mewujudkan cita-cita. Ratusan kali mesin buatan mereka rusak dan patah diterjang angin ketika baru akan dicoba. Akhirnya pada tahun 1903, mereka berhasil menerbangkan pesawat udara pertama yang beratnya jauh melebihi berat udara (CHAMP!ION, 2009:27).

Ketika kamu adalah seorang perfeksionis kamu akan melihat semua keindahan yang tidak kamu miliki dan berusaha untuk bisa menggapainya. Kamu akan melakukan semua hal disamping itu diluar kemampuanmu dalam waktu bersamaan. Oleh karena segala hal kamu lakukan dalam waktu bersamaan maka kamu akan memberikan segala tenagamu dan akhirnya kamu akan menemukan jawabannya bahwa kamu tidak bisa menggapainya dalam satu waktu. Tidak satupun yang kamu selesaikan. Terpaksa kamu menunda semuanya dan membutuhkan waktu yang banyak. Itulah yang kemudian akan membuatmu merasa stress dan frustasi. Mulai menyalahkan diri kamu sendiri.

Seseorang yang sukses bukan karena dia terlalu pintar dalam melakukan segala hal atau dia yang memiliki tenaga ekstra untuk menyelesaikan segala sesuatu dalam satu waktu. Dia yang memberi satu waktu untuk suatu hal yang segera diselesaikan kebanyakan adalah mereka yang sukses.


Jika kamu tidak ingin seperti seekor anjing dalam cerita di atas, maka mulailah menyadari siapa dirimu. Apa potensi yang akan membawa keberuntungan dalam hidupmu? Kembangkanlah. Sadarlah bahwa tidak ada satupun orang yang sempurna.   

CINTA YANG TAK HARUS MEMILIKI

kadang kita harus mencintainya tanpa harus memilikinya.

Dan

 “kamu akan selalu hidup di relung hatiku.

Dengan atau tanpamu.”



Aku ada di antara pucuk rembulan dan berakhir pada bangkitnya sang mentari. Bukan untuk sesuatu yang penting bagi kebanyakan orang untuk dilewati. Pula bukan untuk diisi dengan sesuatu yang tidak penting. Hanya untuk berkelana. Di antara pucuk rembulan dan mentari yang bangkit, aku mengambang.  

Aku selalu menyukai mentari pagi. Sinarnya menerpa dan menembus ke segala celah, menggugah eratan embun pada rimbunnya dedaunan pohon. Dan kemudian bagian terfavoritku datang. Sang mentari merebus embun-embun itu lalu mengumpulkannya menjadi segumpal tetesan dan dijatuhkannya pada selembar daun talas tepat di bawah dedaunan pohon, daun talas itupun kembali bangkit.

Waktu berlalu dan aku mulai menaruh benci pada mentari pagi, itu mengingatkanku akan semua momen dan memori indah, yang telah pergi dan tidak akan pernah kembali lagi.

Sekarang, setiap kali kupandang sang mentari akulah satu-satunya yang mengkomplein tentang orang-orang terdekat pergi dari kehidupan kita.

Si daun talas turut merasakan yang kuderita tapi sang mentari terus memantauiku. 

Aku sadar begitu banyak orang yang mengalaminya tapi kita, manusia tidak akan memahaminya sampai itu menimpa kita.

Selama berhari-hari aku terus memperhatikan daun talas, tidak terlalu paham akan apa yang turut dirasakannya. Kemudian aku sadar bahwa mentari telah memiliki sisi lain, wajah lain dimana aku mendengar banyak hal tapi aku belum pernah melihatnya sampai sekarang. Sebuah wajah penuh kegelisahan dan depresi dan setiap aku memandangnya berubah menjadi lebih panas dan sangat panas.

Yang awalnya datang, kemudian berbagai kisah terlewati, pemberi arti hingga menjadi penyemangat hidup bahkan pemacu jantung untuk terus berdetak. Saat mereka yang kita cintai menjauh dari kehidupan, seperti luka yang membekas. Saat pertemuan berujung perpisahan namun masih meninggalkan begitu banyak janji menimbulkan segudang tanya “mengapa Engkau meninggalkan sekeping hati ini, yang mudah jatuh dan patah?”.

Semuanya berubah menyamar sebagai pencabut nyawa, nafas yang selalu tertahan akan sakitnya ditinggalkan, mata yang selalu tak tahu arah kemana harus menaruh tatapan hingga bayang-bayang mereka terlampir di dinding-dinding kokoh yang hampa. 

"Iya, aku tahu bahwa cinta itu ibarat merpati yang putih mulus dengan sayapnya yang kokoh bisa memeluknya kapan saja yang walaupun terkadang di balik sayap itu terselip duri yang bisa melukai kapan saja."

Sela waktu, pada hati yang masih membisu, berkutat mencari jawaban tentang semua ini, sang rembulan datang menyapa. Seolah meneriakiku yang lagi duduk dalam kegelapan, aku pun menoleh padanya dengan kerutan dahi penuh pilu. Tapi sesumbar senyumannya penuh rasa belas kasihan dan bergumam, entah tahu persis apa yang dikatakannya tapi dibelakangnya bintang-bintang membuntutinya dan menari di sekelilingnya. Setiap bintang memiliki ceritanya masing-masing untuk diceritakan. Kemudian sang rembulan mengumpulkan semua cerita itu dan diceritakannya kembali kepadaku.

“Kami mengingatkanmu bahwa dunia penuh keindahan. Laut dan samudera yang luas, gunung menjulang tinggi dan begitu banyak lainnya hingga langit disekelilingnya tempat kami menyapa makhluk-makhluk dalam kegelapan yang membutuhkan terang. Kau tahu, dunia ya tetap dunia. Ada masalah di dalamnya," sang rembulan bergumam beriringan dengan bintang-bintang yang muncul hilang satu persatu. Setiap bintang benderang, sang rembulan mendekatinya, kemudiaan ia melanjutkan cerita yang berbeda.

“lelaki seperti apa yang tidak mampu memperbaiki masalah dunia?”

“di belahan dunia lain dari duniamu ada seseorang disana yang bangkit dari kematian lalu mengubah dunia. Kami tahu, bagaimana kau bisa mempercayainya? Dia seorang ahli pedang yang mati dalam kepiluannya terhadap dunia yang begitu kejam dan kemudian bangkit berdiri layaknya seorang ksatria. Kau pasti tahu banyak tentang ksatria di belahan duniamu, mereka yang membela kaum lemah dan kadang menyingkirkan yang benar demi kenyamanan orang banyak agar hidup saling berdampingan dalam kedamaian. Balian, ya Balian namanya. Dialah yang menyerahkan Yerusalem (kota yang dicintai dan diagung-agungkan semua orang Kristiani, Yahudi, dan Muslim) kepada Saladin demi nyawa-nyawa tersisa dari perang. Merelakan yang dicintai untuk menggali kehidupan lain dari hidup yang tersisa.”

Sedikit mulai terharu oleh cerita sang rembulan, sedikit risih, kisah cinta dibandingkan dengan sebuah perang.

“Sebenarnya, rembulan, hei? Baik Balian maupun Saladin, merekalah yang menciptakan perang. Menciptakannya demi Tuhan. Sedangkan Tuhan tidak menginginkannya. Dan masalahku, bukanlah aku yang memulai perang antara dua hati, hanyalah dia yang memberi perang dalam diriku”, kali ini aku berani mejawabnya dengan nada dengki.

Satu bintang lainnya muncul dan bercahaya kilat. 
Dan lagi sang rembulanpun menceritakan kembali padaku, “Kisah lain dari seorang balian adalah dia tidak membunuh budaknya, melainkan memberikannya kebebasan dan seekor kuda untuk ditunggangi oleh budaknya. Tahukah kau apa yang terjadi di kemudian waktu? Si budak itu menjelma sebagai pemimpin pasukan perang Saladin, dia membiarkan Balian hidup saat Balian dan pasukkannya sudah tak berdaya atas serangan pasukan yang dipimpin oleh budak itu. Itu adalah hasil dari kebaikan  hati seorang Balian, seorang ksatria. Dan kau? Kau akan menuai apa yang kau tabur.”

Aku hanya bisa tertunduk lesu, ingatanku menceramahku. Tentang semua pertengkaran, semua umpan bagi derai air matanya. Rasanya seperti di dalam lingkaran angin puting, terasa diriku berada dalam semua yang terjadi selama lima tahun saat bersamanya. Kurasakan cinta saat melihatnya pertama kali. Mendengar alasan kenapa hatinya luluh oleh tatapanku, membayangkan saat kumembisikannya sebuah kalimat “kamu terlalu cantik buat aku, sayang” hingga dia tersipu malu. 

Air terjun menghiasi pipiku. Setidaknya mengingatkanku pada semua perjuangannya yang merupakan timbal balik dari sifatku yang selalu mengabaikannya. Saat dia berjalan kaki sejauh 10 kilometer hanya untuk menemuiku. Saat dia mengabaikan lapar demi mengefisien waktu hanya untuk bisa berduaan denganku.

Wahai kekasih:
“Tidakkah kamu tahu bahwa sebagian kita seperti tinta dan sebagian lagi seperti kertas. Dan jika bukan karena hitamnya sebagian kita, sebagian kita akan bisu. Dan jika bukan karena putihnya sebagian kita, sebagian kita akan buta? Dikau begitu cepat tergoda, serahkan dirimu padanya. Hei, setidaknya kamu telah menjadi pelatih yang tepat untuk hati ini, yang tiap kali kamu menggoresnya dia memang terluka kemudian berusaha untuk menahan perih perlahan belajar untuk sembuh.”

“sayang? Ingatkah kamu akan perjuangan kita? Kita menebar tegar pada setiap rintangan, melewatinya walau menginjak duri, dan saat semua orang bertaruh bahwa kita tak akan berhasil dan mereka berusaha memisahkan kita. Namun kita masih tetap bertahan.
Sekarang entah apa alasannya ku tak tahu persis, hingga kamu meninggalkanku.”

Aku meratapi semua kenangan itu, dan terhenti saat bayang-bayang wajahnya yang ceria di kala dia pergi jauh lalu menghapuskanku dari ingatannya. 

Cintanya memang membuatku gila, seperti orang-orang di kota metropolitan ini, yang kadang hidup berdampingan di balik demokrasi. Pun dia begitu, bermadu cinta saat dekat dan berpaling dariku saat dia di kejauhan sana. Memvonisku akan hal-hal yang tidak pernah kulakukan.      

Dikau kekasih pujaan hatiku:
Aku memberi tanya pada setiap rangkaian kesalmu, tentang aku yang selalu kamu vonis berubah. Bukannya aku selalu mengelak. Justru itu selalu tertimbun dalam ruang pikiranku yang kemudian untuk didiplomasi pada sang hati.

Ya, pikiran barangkali ego. Dan hati adalah gambaran untuk hasrat. Tapi cinta adalah berbicara hati. Cinta yang memaksa hati ini untuk menuntunku agar tidak tumbuh dalam ego.

Bahkan aku tidak mau membahas tentang kebusukan hatimu. Kadang hati ini bergejolak ingin memberitahumu bahwa setiap dikau memfonisku, itu sama dengan kamu menuntutku agar segera berubah. Dan ya! Aku memang sudah berubah kini, bukanlah seperti yang dulu dimana aku meratapi dirimu disana yang pergi karena bersamanya, bermimpi buruk tentangmu, menakut-nakuti diriku dengan berimajinasi akan segala sesuatu yang buruk yang mungkin sudah dan akan kalian berdua lakukan disana.

Aku juga tidak memilih untuk meratapi diriku disini karena itu akan menabur luka lama untuk terlahir kembali menjadi luka-luka baru. Aku lebih memilih untuk mengaksarakan rasa. Yang walaupun terkesan lebih buruk dengan mememorize kembali kisah semua tentang kita, setidaknya saat-saat tertentu linangan air mata ini jatuh di atas lembaran-lembaran putih  yang kemudian perlahan berubah dari kata demi kata hingga menjadi sebuah tulisan tentang kita. Aah.. bukan untuk dikenang tapi sebagai pengingat dari segala luka yang kamu beri.”
     
"Tuhan telah menciptakan kita semua. Kita semua pasti pernah menderita. Aku juga pernah kehilangan. Setiap yang kau sebut keindahan untuk sebuah bintang yang jatuh itu adalah kehilanganku. Dan kehilanganku itu hanya secuil penderitaanku. Kau akan segera tahu apa penderitaan terberatku.
Kadang apa yang menjadi penderitaan kita adalah keberuntungan bagi orang lain. Maka cobalah merasa beruntung atas kehilanganmu. Mulailah belajar untuk merelakannya”, sang rembulan kembali memberiku pencerahan.

Semuanya memang telah berubah tapi setidaknya kini ada mereka; sang rembulan dan beribu bintang, yang selalu menemaniku  hingga terlelap di sepanjang hari-hariku dan mulai memburu sang malam.  Mereka bercerita begitu banyak di sepanjang malam, membiarkanku menikmatinya untuk menghilangkan segala kerutan pilu, membantuku untuk berhenti membongkah tanya tapi mulai mencari arti mencari jawaban atas semuanya. Hingga pada akhirnya aku mulai memutuskan untuk bergegas mendatangi mereka. Bukan untuk meminta atau mendengarkan cerita-cerita mereka. Aku akan mendatangi mereka untuk menceritakan kembali kepada mereka apa kata hatiku.

Di hari-hari selanjutnya selalu  tak sabaran menantikan malam. Hingga tiba waktunya, aku melangkah keluar menuju kegelapan, di tempat seperti biasanya aku dan mereka bercerita.

Sembari menunggu mereka datang menyapaku, perlahan kumelatih lidahku, terbata-bata berkata,“angin? Walau aku sendiri, bukan berarti aku kesepian. Kesepian yang kau rasuki seakan tak mempan lagi bagiku,” berdusta pada semilir angin malam.

Tengah malampun berlalu, diluar dugaan, yang tak diharapkan datang. Rerintik hujan berdetak membangkitkan bulu kerinduan, menciptakan alunan, alunan kesunyian,

“suasana ini akan lebih indah, jika disaat ini ada kamu di sampingku,”

hingga aku mendekap pada dinginnya tubuhku oleh hujan yang terjun bebas tak ada hentinya dan akhirnya aku pun sadar “musim telah berganti.”

Hanya malam-malam kelam, aku tahu penderitaan sang rembulan yang sesungguhnya. Dikala dia tidak bisa menyapa mereka yang membutuhkan terangnya.

Dikala kita tidak bisa berbalik menabur kasih pada mereka yang membutuhkan kita tapi kita menaruh harapan pada orang yang telah berpaling dari kita agar kembali berbalik ke dalam pelukan kita.

“Tapi bagaimana mungkin aku mengubur semua tentangmu, tentang kita, lalu menuju ke hati yang lain sedangkan kamu masih hidup dalam relung hatiku? Aku tahu kamu telah pergi dan takkan kembali. Sayang? di saat kita selalu sibuk untuk gagal membangun cinta kita; brantam, dan saling berdebat mempertahankan ego masing-masing, di saat-saat itu aku sudah berusaha mencari penggantimu. Dan ya! Aku menemukannya. Aku menemukan kamu kembali  di dalam hatiku. Aku yang jatuh cinta berulang-ulang padamu.”

Jikalau rembulan datang lagi bersama bintang-bintangnya, aku cukup melambaikan tanganku dan aku akan bilang “Wahai langit. Aku  menatapnya dari kejauhan dan aku tak tahu dia dimana disana, tapi aku sadar bahwa aku tak harus mencarinya kemana karena satu yang kuyakini bahwa dimanapun dia kini dia selalu ada dihatiku.”
Cinta datang menghampiri kita hanya sekali dan akan abadi untuk selamanya. Seperti halnya seorang ksatria; membela kaum lemah dan kadang menyingkirkan yang benar untuk kedamaian orang banyak, Cinta; kadang kita harus melepaskannya demi kebaikan kedua belah pihak bahkan demi kebaikan semua orang, kadang kita harus mencintainya tanpa harus memilikinya. Dan “kamu akan selalu hidup di relung hatiku. Dengan atau tanpamu.”


Inspirasi cerita:
Film “Kingdom of Heaven”
Blog: “emptyhearts. tk”
Novel “Sayap-sayap patah” by Khalil Gibran
Buku “The Secret” by Rhonda Byrne
Blog: “otwsangir. com”  
Lagu: “Biarkan ku  sendiri” by Noah
Lagu: “You’re still the one” by Shania Twain