Metode Total Physical Response (TPR) dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Dalam dunia pembelajaran bahasa, Total Physical Response (TPR) menonjol sebagai metode inovatif yang menggabungkan gerakan fisik dengan proses belajar. Diperkenalkan oleh Dr. James Asher pada awal 1970-an, TPR berfokus pada cara belajar yang menyenangkan dan interaktif, di mana siswa tidak hanya mendengarkan, tetapi juga bergerak. Dengan metode ini, siswa dapat merespons instruksi dengan tindakan fisik, menciptakan pengalaman belajar yang lebih mendalam dan efisien.


Metode TPR didasarkan pada prinsip-prinsip dasar yang mendukung keterlibatan aktif dan pembelajaran tanpa stres. Melalui kombinasi pendengaran dan aksi, siswa dapat memahami bahasa lebih cepat dan lebih baik. TPR tidak hanya bermanfaat bagi anak-anak, tetapi juga efektif untuk berbagai kelompok usia, menjadikannya pilihan ideal untuk pengajaran bahasa Inggris di berbagai konteks.


Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi konsep dasar TPR, manfaatnya, serta variasi yang dapat diterapkan. Selain itu, artikel ini juga akan membahas hasil penelitian yang mendukung efektivitas metode TPR dalam meningkatkan pemahaman dan keterampilan komunikasi siswa. 


Pengertian TPR

Total Physical Response (TPR) adalah metode pembelajaran bahasa yang dikembangkan oleh Dr. James Asher (seorang psikolog asal Amerika) pada awal 1970-an di San Jose State University, California. Metode ini menggabungkan gerakan fisik dengan pembelajaran bahasa, memungkinkan siswa untuk belajar melalui tindakan. Dengan TPR, siswa merespons instruksi verbal dengan gerakan fisik yang sesuai, menjadikan proses belajar lebih interaktif dan menyenangkan. 

Prinsip Dasar TPR

Metode TPR berlandaskan pada beberapa prinsip dasar:
  1. Keterlibatan Aktif/Respon Fisik: Siswa belajar dengan berpartisipasi secara fisik, yang membantu meningkatkan retensi informasi. Siswa menanggapi perintah dengan gerakan fisik untuk menginternalisasi bahasa.
  2. Listening before Speaking: TPR mengutamakan pemahaman bahasa melalui pendengaran, sehingga siswa merasa lebih nyaman saat mulai berbicara. 
  3. Pemahaman sebelum produksi: Siswa memahami bahasa dengan mendengarkan sebelum diminta berbicara.
  4. Lingkungan belajar bebas stres: Pembelajaran bahasa menjadi aktivitas fisik dan menarik untuk mengurangi kecemasan siswa.
  5. Pembelajaran implisit: Siswa memperoleh bahasa secara bawah sadar, mirip dengan cara mereka mempelajari bahasa ibu mereka.

Manfaat Metode TPR

Metode TPR memiliki berbagai manfaat, antara lain:
  1. Mempermudah Memori: Gerakan fisik membantu siswa mengingat kosakata dan struktur bahasa lebih efektif.
  2. Mengurangi Stres: Lingkungan belajar yang menyenangkan dapat mengurangi kecemasan siswa saat belajar bahasa.
  3. Cocok untuk Semua Usia: TPR dapat diterapkan pada anak-anak maupun orang dewasa, membuatnya fleksibel untuk berbagai kelompok belajar.

Apa saja jenis-jenis TPR?

Jenis atau variasi Metode TPR ada 4 yaitu: TPR-B, TPR-O, TPR-P, dan TPRS.

Inti dari Total Physical Response (TPR) adalah bahwa pelajar bahasa menerima instruksi dalam bahasa tersebut dan merespons dengan tindakan fisik. Namun, aplikasi TPR tidak terbatas pada perintah fisik sederhana seperti berjalan, berputar, atau menunjuk bagian tubuh.


Terdapat empat variasi utama yang dapat diimplementasikan dengan pendekatan TPR. Saya menyebutnya TPR-B, TPR-O, TPR-P, dan TPRS. Dari keempatnya, TPRS adalah istilah yang paling dikenal, sementara yang lainnya adalah istilah yang saya ciptakan sendiri.

  1. TPR-B, yang berarti "TPR dengan tubuh", mencakup semua aktivitas yang melibatkan gerakan tubuh secara keseluruhan. Ini termasuk berdiri, duduk, berputar, bergerak ke kanan atau kiri, mengangkat tangan, serta menyentuh hidung. Aktivitas ini paling baik dilakukan di ruang yang cukup luas agar siswa dapat bergerak bebas.
  2. TPR-O adalah singkatan dari "TPR dengan objek". Metode ini paling efektif dilakukan di meja yang dilengkapi dengan berbagai benda. Misalnya, Anda bisa mengadakan sesi belajar di meja yang penuh dengan buah. Dalam konteks ini, Anda tidak hanya belajar kata-kata seperti "apel", "pisang", dan "jeruk", tetapi juga frasa seperti "berikan saya", "ambil", "letakkan", "bau", "gigit", "gulung", "kulit", dan "tunjukkan". Teman Anda bisa mulai dengan kalimat seperti, "Ini adalah apel. Ini adalah jeruk. Di mana apel itu? (Anda akan menunjuk) Di mana jeruknya?" Dengan cara ini, kosakata baru dapat diperkenalkan secara bertahap.
  3. TPR-P, yang merupakan singkatan dari "TPR dengan gambar", memanfaatkan visual sebagai alat bantu dalam belajar bahasa. Misalkan Anda tinggal di Inggris dan mengumpulkan sekitar 150 foto orang yang melakukan berbagai aktivitas. Dalam sesi belajar, teman Anda bisa berkata, "Ini seorang pria. Ini seorang anak laki-laki. Di mana pria itu? Di mana anak laki-laki itu?" Seiring waktu, siswa dapat mempelajari kata-kata baru dan frasa terkait seperti "Tukang kayu memukul paku dengan palu," yang memungkinkan permintaan seperti "Tunjukkan pria yang sedang memukul sesuatu". Penggunaan gambar juga bisa meliputi buku cerita, gambar anak-anak, serta gambar dari koran dan majalah. 
  4. TPR-S (storytelling) adalah metode yang dikembangkan oleh Blaine Ray dan diterapkan di banyak kelas di Amerika Serikat. Metode ini melibatkan guru (dan kemudian siswa) yang berperan dalam cerita sederhana untuk memahami narasi dan menginternalisasi kosakata. Bagian terakhir dari artikel ini memberikan tautan untuk informasi lebih lanjut mengenai pendekatan ini: TPR Storytelling.


Hasil Penelitian Terkait TPR

Berbagai penelitian telah membuktikan efektivitas metode TPR dalam pembelajaran bahasa. Berikut adalah beberapa temuan penting:
  1. Penelitian oleh James Asher (1970): Penelitian awal Dr. James Asher tentang metode Total Physical Response (TPR) dilakukan pada awal 1970-an di San Jose State University, California, Amerika Serikat. Asher mengembangkan metode ini berdasarkan pengamatan bahwa anak-anak belajar bahasa pertama mereka melalui keterlibatan fisik dan interaksi. Dia melakukan beberapa eksperimen yang melibatkan siswa yang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang menggunakan TPR mengalami peningkatan pemahaman bahasa dan kemampuan retensi kosakata yang lebih baik dibandingkan dengan metode tradisional. Dr. Asher menunjukkan bahwa siswa yang menggunakan TPR memiliki pemahaman yang lebih baik dan mampu mengingat kosakata lebih cepat dibandingkan dengan metode tradisional. Penelitian awal Dr. James Asher tentang metode Total Physical Response (TPR) dituangkan dalam bukunya yang berjudul Learning Another Language Through Actions. Buku ini menjelaskan prinsip-prinsip TPR dan memberikan panduan tentang penerapannya dalam pengajaran bahasa.
  2. Studi oleh Lee (2000): Penelitian ini mengamati siswa sekolah dasar yang belajar bahasa Inggris dengan TPR, menunjukkan peningkatan retensi kosakata dan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan.
  3. Penelitian oleh Wright (2006): Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang belajar dengan TPR mengalami peningkatan signifikan dalam keterampilan mendengarkan dan berbicara.
  4. Studi oleh Chen dan Tzeng (2010): Penelitian ini mengkaji TPR dalam kelas bahasa Inggris untuk anak-anak dan menemukan peningkatan pemahaman bahasa serta kepercayaan diri siswa.
  5. Penelitian oleh So (2015): Fokus pada pelajar dewasa, penelitian ini menunjukkan bahwa TPR meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan mengingat kosakata baru. 

Berikut beberapa cerita sukses penggunaan metode TPR yang bisa kamu download sendiri hasil penelitiannya. Dokumen yang saya share ini saya dapatkan sendiri langsung dari James Asher yang dia kirim lewat email.

Prinsip / Prosedur TPR 

Dalam pelajaran Total Physical Response (TPR), sebagian besar waktu kelas digunakan untuk interaksi bahasa-tubuh, sebagaimana disebutkan oleh Asher. Selama sesi ini, pengajar memberikan perintah dalam bentuk imperatif, dan siswa merespons dengan tindakan fisik yang sesuai.

Pada awalnya, siswa memahami makna perintah tersebut melalui pengamatan langsung. Setelah mereka mengerti makna kata-kata dalam perintah, guru mulai memberikan perintah yang menggunakan kombinasi baru dari kosakata yang telah dipelajari, di mana siswa merespons dengan tindakan yang dimodelkan oleh pengajar. Misalnya, ketika guru mengatakan, "Berdiri dan tepuk tangan," siswa mengamati demonstrasi dari pengajar sebelum menirukan tindakan tersebut untuk menunjukkan pemahaman mereka.


Pengajar secara hati-hati membatasi jumlah kosakata baru yang diperkenalkan agar siswa dapat membedakan kata-kata baru dari yang sudah mereka pelajari, serta memudahkan integrasi dengan pengetahuan bahasa yang ada. Asher menunjukkan bahwa siswa dapat mempelajari antara 12 hingga 36 kata baru per jam, tergantung pada tingkat kemampuan bahasa dan ukuran kelas.


Meskipun penggunaan perintah dalam bentuk imperatif adalah inti dari kelas TPR, pengajar juga dapat memasukkan berbagai aktivitas lainnya, seperti peran bermain, sketsa, penceritaan, dan presentasi slide. Namun, siswa pemula umumnya tidak mulai belajar dialog percakapan sampai mereka menyelesaikan sekitar 120 jam pelajaran.


Dalam TPR, koreksi kesalahan dilakukan secara minimal. Asher merekomendasikan agar guru menangani kesalahan siswa dengan cara yang mirip dengan bagaimana orang tua memperlakukan kesalahan anak-anak mereka. Pada awalnya, kesalahan yang dibuat oleh siswa pemula sering kali diabaikan, tetapi seiring kemajuan siswa, guru mungkin akan lebih sering melakukan koreksi. Proses ini mirip dengan bimbingan orang tua, di mana koreksi menjadi lebih umum seiring bertambahnya usia anak.


Asher menekankan bahwa rencana pelajaran TPR harus mencakup perintah-perintah detail yang akan digunakan oleh guru. Ia menyarankan, "Sangat baik untuk menulis dengan tepat ungkapan yang akan Anda gunakan, terutama perintah-perintah baru, karena aksi yang terjadi sangat cepat, sehingga biasanya tidak ada waktu untuk merumuskan secara spontan."

Penerapan TPR dalam Kelas 

Untuk menerapkan TPR secara efektif, guru perlu:
  1. Mempersiapkan Bahan Ajar: Menyiapkan materi yang relevan dan tempat yang cukup untuk bergerak.
  2. Inklusi Berbagai Kemampuan: Menyesuaikan gerakan agar semua siswa dapat berpartisipasi, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan fisik.

Metode Total Physical Response (TPR) dapat diterapkan dengan cara yang menyenangkan dan interaktif. Guru berperan sebagai sutradara, sementara siswa berfungsi sebagai aktor yang mengikuti petunjuk dalam bahasa target. Pada tahap awal, guru memberikan instruksi dalam bahasa target sambil melakukan gerakan fisik, sehingga siswa dapat langsung memahami maknanya.

Setelah beberapa waktu, siswa akan siap untuk mengambil peran guru dan memberikan instruksi kepada teman sekelas. Penting untuk memperkenalkan hanya tiga kosakata baru sekaligus, dan tidak melanjutkan hingga siswa merasa percaya diri dengan kosakata yang telah diajarkan.

Guru juga disarankan untuk menggunakan berbagai alat bantu dan melakukan review materi sebelumnya sebelum memperkenalkan materi baru. Saat siswa belajar, mereka akan mulai memahami bahasa target dan dapat membaca tanpa menyadari bahwa mereka sedang membaca. Proses belajar ini juga mencakup pengembangan keterampilan berbicara dan menulis yang terjadi secara alami, tanpa tekanan.
Tes pemahaman mendengarkan dan membaca dilakukan dengan cara yang menyenangkan, di mana siswa mengambil slip kertas berisi instruksi dan melaksanakan perintahnya.

Dengan penerapan TPR yang konsisten, siswa akan mengalami peningkatan pemahaman dan kepercayaan diri yang luar biasa, memungkinkan mereka untuk mencapai kefasihan dalam bahasa target.

Berikut adalah beberapa buku Dr. James Asher yang membahas tentang metode Total Physical Response (TPR):

  1. Learning Another Language Through Actions: Buku ini adalah karya utama Asher yang menjelaskan prinsip TPR dan aplikasinya dalam pembelajaran bahasa.
  2. The Super School: Teaching on the Right Side of the Brain: Buku ini membahas pendekatan pendidikan yang menggunakan metode berbasis gerakan dan kreativitas, termasuk TPR.
  3. Brainswitching: Learning on the Right Side of the Brain: Meskipun tidak secara khusus tentang TPR, buku ini membahas bagaimana otak memproses informasi dan bagaimana pendekatan TPR dapat memanfaatkan cara belajar yang lebih alami.
  4. Instructor's Notebook: How to Apply TPR for Best Results: Buku ini ditulis oleh Ramiro Garcia, tetapi sering direkomendasikan bersama karya Asher untuk pemahaman yang lebih mendalam tentang penerapan TPR.

Kelemahan TPR

Pengajar yang menerapkan metode TPR seringkali menggabungkannya dengan beragam aktivitas dan teknik lain. Sesuai dengan saran Asher, TPR umumnya digunakan untuk memperkenalkan kosakata baru. Contohnya, The Polis Institute di Yerusalem, yang mengajarkan bahasa kuno dan humaniora, menerapkan TPR dalam metode pengajaran bahasa kuno dan modern mereka.


Blaine Ray, seorang guru bahasa Spanyol, mengembangkan metode ini lebih lanjut dengan menambahkan elemen cerita, sehingga siswa dapat memperoleh bahasa non-fisik. Metode ini dikenal sebagai Teaching Proficiency through Reading and Storytelling (TPRS) dan didasarkan pada teori akuisisi bahasa dari Stephen Krashen. Penting untuk dicatat bahwa meskipun TPRS dan TPR memiliki nama yang mirip, keduanya tidak secara langsung terkait.


Todd McKay melakukan studi empiris pertama mengenai efektivitas TPR yang dipadukan dengan storytelling. Meskipun cerita sudah mulai diintegrasikan ke dalam TPR sejak tahun 1972, McKay melakukan penelitian perbandingan dengan Asher dan menemukan bahwa anak-anak yang mengikuti TPR Storytelling menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan siswa lain yang menggunakan metode grammar-translation dan ALM. Kemampuan siswa tersebut untuk memahami cerita yang belum pernah mereka dengar sebelumnya memiliki nilai statistik yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Riset ini dapat ditemukan dalam buku panduan TPR Storytelling Teacher's Guidebook karya McKay.


Kesimpulan

Metode Total Physical Response (TPR) terbukti efektif dalam meningkatkan pemahaman bahasa dan keterlibatan siswa. Dengan pendekatan yang menyenangkan dan interaktif, TPR menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, di mana siswa dapat merasa lebih nyaman dan termotivasi untuk belajar. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa metode ini tidak hanya mempercepat proses belajar, tetapi juga meningkatkan retensi kosakata dan keterampilan komunikasi. TPR dapat menjadi pilihan yang tepat untuk pembelajaran bahasa Inggris yang lebih efisien, karena memanfaatkan gerakan fisik untuk memperkuat pemahaman bahasa. 


Apa peran guru dalam motode Total Physical Response (TPR)?

Dalam konteks ini, peran guru sangat krusial. Sebagai sutradara / instruktur, guru mengarahkan kegiatan pembelajaran, memberikan instruksi dalam bahasa target, dan menciptakan suasana yang menyenangkan. Mereka harus mampu mengamati respons siswa dan menyesuaikan pendekatan yang digunakan agar semua siswa terlibat. Dengan kreativitas dan keterampilan manajemen kelas, guru dapat merancang aktivitas yang menarik dan relevan, membantu siswa memahami konsep bahasa dengan lebih baik. 


Apa peran siswa dalam metode Total Physical Response (TPR)?

Di sisi lain, siswa berperan sebagai aktor dalam proses ini. Mereka tidak hanya pasif mendengarkan, tetapi juga aktif berpartisipasi melalui gerakan fisik yang merespons instruksi guru. Dengan berperan aktif, siswa dapat merasakan langsung makna dari kosakata dan frasa yang mereka pelajari, sehingga membantu mereka menginternalisasi bahasa secara lebih efektif. Keterlibatan fisik ini juga mengurangi rasa cemas yang sering dialami siswa saat belajar bahasa baru, menciptakan pengalaman belajar yang lebih positif dan produktif. 


Dengan demikian, kolaborasi antara guru dan siswa dalam metode TPR menjadi kunci keberhasilan pembelajaran bahasa, menjadikan proses belajar tidak hanya informatif, tetapi juga menyenangkan. 

No comments:

Powered by Blogger.